TEMPO.CO, Jakarta - Pematung Nyoman Nuarta menyatakan siap menjelaskan desain Istana Negara berbentuk burung Garuda ke kelompok profesi yang memprotes karyanya. “Katanya ada 5 asosiasi yang protes itu. Enggak usah 5, 10 juga boleh,” katanya, Kamis 1 April 2021.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebelumnya memilih desain Istana Negara berbentuk burung Garuda dari sayembara yang disebutnya terbatas. Pengumuman itu mengundang reaksi dari lima kelompok asosiasi profesi.
Mereka adalah Asosiasi Profesi Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Green Building Council Indonesia (GBCI), Ikatan Ahli Rancang Kota Indonesia (IARKI), Ikatan Arsitek Lanskap Indonesia (IALI), dan Ikatan Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota (IAP).
Selain itu, ada pihak lain yang mempertanyakan latar status Nyoman Nuarta sebagai pematung yang ikut serta dalam desain Istana Negara untuk ibu kota baru. “Pematung bikin arsitek itu urusan kita, nggak bisa diatur,” ujarnya.
Menurutnya, tidak ada seorang pun yang boleh membatasi kreativitas orang lain. Nuarta mengatakan telah mendirikan biro arsitek sejak lama.
Pada 1975 ketika masih kuliah di Fakultas Seni Rupa ITB, dia ikut mendirikan perusahaan konsultan bernama Artech Matra, kemudian Megapola. Lalu pada 2004 membentuk NuArt Consultant.
Di perusahaan konsultan itu Nuarta merekrut pekerja yang punya sertifikat keahlian arsitek. Ada juga ahli struktur bergelar doktor dan profesor. “Ide-idenya dari saya yang dikembangkan,” katanya.
Selama ikut sayembara beberapa proyek perancangan, perusahaannya beberapa kali kalah. Nuarta menyebut diantaranya ikut sayembara Bandara Hang Nadim di Batam, Bali, dan Jakarta. Kemudian di proyek Wisata Komodo pihaknya kalah juga.
“Jadi biasa kan kompetisi kita kalah. Jangan marah-marah lah,” ujarnya.
Setelah desain Istana Negara terpilih, Nyoman Nuarta kini bekerja untuk pemerintah. “Saya bekerja untuk PUPR karena ini kan swakelola dalam pra rencana ini,” katanya.
Baca juga: Melihat Detail Desain Istana Negara Garuda di Ibu Kota Baru Karya Nyoman Nuarta
ANWAR SISWADI