INFO NASIONAL - Pemerintah berharap vaksinasi Covid-19 tahap III pada Juni 2021 dapat mempercepat pencapaian target vaksinasi kepada 70 persen dari total populasi rakyat Indonesia. Sejumlah persiapan kini dilakukan agar semua pihak terkait dapat melaksanakan rencana besar tersebut.
Kementerian Kesehatan saat ini sedang membangun platform yang tepat sehingga di saat jumlah vaksin yang datang sangat banyak, bisa cepat melaksanakan vaksinasi massal untukjutaan penduduk.
“Sambil menunggu datangnya vaksin, kita menyiapkan berbagai instrumen seperti kesiapan fasilitas kesehatan, puskesmas, pos pelayanan vaksin, dan lainnya,” ujar dr. Dyan Sawitri, Kepala Seksi Imunisasi Dasar, Subdirektorat Imunisasi, Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes saat berbicara dalam webinar KSIxChange ke-32 pada Selasa, 23 Maret 2021.
Persiapan yang tepat sangat dibutuhkan mengingat pemerintah menargetkan sebanyak 181.554.465 penduduk yang akan tervaksinasi sebelum akhir 2021. Sementara itu, total penerima vaksin tahap I mencapai 4.020.124 dan tahap dua yang kini masih berlangsung sebanyak 1.460.222 orang.
Indonesia telah memesan 426 juta dosis vaksin untuk rakyat, namun kedatangannay secara bertahap. Jumlah pasokan yang terbatas sesuai kesepakatan dengan negara-negara produsen vaksin. “Ya, sesuai kesepakatan jumlah vaksin yang didistribusikan hanya sekitar 30 persen, tetapi diharapkan mulai banyak setelah semester kedua atau Juni,” kata Dyan. Jika vaksin berikutnya datang dalam jumlah besar, Kementerian Kesehatan akan langsung menyalurkan ke berbagai daerah. “
Rencana pemerintah mendapat apresiasi dari Profesor Herawati Sudoyo, Deputi Riset Dasar, Eijkman Institute. Dia sangat berharap target pemberian vaksin kepada 70 persen penduduk Indonesia dapat dicapai. “Karena 70 persen atau 180 juta orang yang divaksin itu kan tujuannya untuk mencapai herd immunity,” ujarnya.
Vaksinasi pada tahap I diprioritaskan kepada tenaga kesehatan. Sedangkan tahap II untuk kaum lanjut usia (lansia). Pembagian tersebut merupakan bentuk permodelan yang memiliki karakteristik sesuai kebutuhan setiap negara. Kebijakan yang dijalankan di Australia berbeda dengan Indonesia.
“Perbedaannya usia populasi dan jumlah populasi. Anak muda di Indonesia lebih banyak dibanding Australia, sehingga perlu dijadikan pertimbangan saat menyusun modeling untuk menjawab kebijakan-kebijakan apa yang cocok, misalnya jumlah sekolah yang harus dibuka atau ditutup, dan lainnya. Kepadatan penduduknya juga berbeda. Populasi di Australia tidak sepadat di Indonesia,” kata Dr. Mahesh Prakash selaku Group Leader, Data61, CSIRO Australia.
Menurut Mahesh, tujuan setiap negara terkait vaksinasi Covid-19 adalah sama, yakni berupaya mencapai kehidupan normal seperti saat sebelum pandemi. Selain itu dapat mengontrol tingkat infeksi virus sehingga dapat diatasi dengan mudah dan meredam segala kekhawatiran.
Dyan Sawitri, Mahesh Prakash, Herawati Sudoyo menjadi pembicara pada webinar KSIxChange ke-32 ini. KSIxChange merupakan salah satu kegiatan reguler KSI (Knowledge Sector Inisiative) untuk mempromosikan interaksi dan komunikasi yang efektif, serta meningkatkan diskursus publik yang berdasarkan pada penggunaan bukti dalam proses pembuatan kebijakan di Indonesia.
KSI adalah kemitraan antara pemerintah Australia yang didanai oleh Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). (*)