TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengakui sepasang suami istri, L dan YSF aliad D, yang menjadi pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, luput dari radarnya. Hal tersebut diungkap Kepala BNPT Komisaris Jenderal Boy Rafli dalam diskusi daring Tempo berjudul 'Jaringan Teror Makassar' pada Selasa, 30 Maret 2021.
Boy Rafli mengatakan, Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri sebelumnya telah menangkap puluhan terduga teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) di Makassar pada Januari 2021.
"Jadi dalam peristiwa itu (penangkapan di Januari), lagi-lagi saya katakan ustadnya (yang ditangkap), kemudian Rizaldi, yang menikahkan keduanya ini (L dan YSF alias D). Sepasang ini tidak terdeteksi pada waktu itu. Katakan lah ya luput dari upaya penangkapan yang ada," ucap Boy Rafli.
Sebagaimana diketahui, L dan YSF alias D melakukan aksi bom bunuh diri di pintu gerbang Gereja Katedral di Jalan Kajaolalido, MH Thamrin, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, Ahad pagi 28 Maret 2021. Akibat ledakan tersebut, 20 orang keamanan dan jemaah gereja luka-luka. Mereka kini sedang menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit.
Kepolisan RI kemudian mengumumkan bahwa L dan YSF alias D adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama enam bulan.
Lebih lanjut, Boy Rafli membeberkan BNPT konsen terhadap pengantin atau pasangan suami istri lain yang belum terdeteksi. Hal itu lah yang diakui dia menjadi tantangan institusinya.
BNPT, kata Boy Rafli, pun melakukan pendalaman ihwal apakah ada pengantin-pengantin bom bunuh diri lainnya yang belum terdeteksi. "Jangan sampai kami berpikir pengantinnya hanya ini, tetapi harus juga mewaspadai adanya pengantin lain yang belum terdeteksi," ucap dia.
ANDITA RAHMA
Baca: Polri: Satu Anggota Teroris JAD Berbaiat di Markas FPI