TEMPO.CO, Makassar - Aksi bom Gereja Katedral Makassar menyisakan luka bagi para korbannya. Salah satunya Daeng Tompo yang berprofesi sebagai petugas keamanan gereja kini harus menjalani perawatan di Rumah Sakit Stelamaris.
Istri Daeng Tompo, Hamsiah mengaku bersyukur karena suaminya, Daeng Tompo selamat dari kejadian tersebut. Saat terjadi ledakan, posisi Daeng Tompo cukup jauh dari sumber ledakan.
"Tapi pendengaran suami saya rusak karena suara ledakan, tidak bisa mendengar kalau diajak bicara," ucap Hamsiah. Suaminya saat ini dirawat di Rumah Sakit Stelamaris karena terdapat beberapa luka robek di bagian kepala dan wajahnya akibat serpihan ledakan.
Adapun terkait terduga pelaku bom, Bintara Pembina Desa (Babinsa) Kecamatan Bontoala, Makassar Baharuddin mengatakan lelaki terduga pelaku bernama Muhammad Lukman berusia 25 tahun. Dia (Lukman) sosok laki-laki yang sabar dan berprilaku baik di lingkungannya. "Tapi yang perempuan itu tidak ditahu asalnya dari mana," ucap Baharuddin kepada wartawan, Senin 29 Maret 2021.
Dia mengaku hanya mengetahui terduga pelaku laki-laki tinggal dan lahir di Bontoala. Bahkan L sempat tinggal bersama mamanya di Jalan Tinumbu, Kecamatan Bontoala karena orang tuanya menjual kue.
Namun karena selalu cekcok dengan saudaranya, sehingga membuat terduga pelaku bom bunuh dini ini dan istri pindah ke kost. "L suka cekcok sama saudaranya dan kerap membantah ibunya, jadi dia pindah kost tiga bulan lalu. Jarak kos dari rumah mamanya sekitar 50 meter," tuturnya. Polisi juga telah melakukan penggeledahan di rumah pelaku di wilayah Tinumbu.
Didit Hariyadi
Baca: Soal Pelaku Bom Bunuh Diri Gereja Katedral, Ketua RT: Orangnya Sopan dan Ramah