TEMPO.CO, Jakarta - Tenaga Ahli Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 H.M. Nasser mengatakan pemerintah sempat kelimpungan mencari alat testing virus corona atau alat tes Covid-19 setelah lebih dari sebulan kasus Covid-19 pertama terdeteksi.
Pada 13 April 2020, Nasser datang ke kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Di sana dia menemui Kepala BNPB Doni Monardo untuk menyusun rencana pengadaan alat tes Covid-19 secara massal. Ia menyarankan agar membeli reagen.
“Karena kemenkes belum membeli reagen. Sama sekali belum,” kata Nasser dalam wawancara dengan tim Tempo, Ahad, 14 Maret 2021.
Saran kedua adalah memperbanyak jumlah laboratorium pengetesan Covid-19. Nasser mengatakan ketika pemerintah membutuhkan alat tes, seorang pengusaha sempat menawarkan harga Rp 728 ribu untuk setiap produknya. Nasser menilai harga alat tersebut sangat mahal sehingga ia mencari yang lain.
Kemudian, datang sumbangan reagen Sansure dari perusahaan Unilever sebanyak 25 ribu dan dari PT Mastindo Mulia sebanyak 50 ribu alat tes. Nasser mendapat informasi bahwa Sansure didatangkan dari Cina. Nasser berdiskusi dengan sejumlah sejawatnya ihwal keampuhan reagen Sansure yang disebut efektif mendeteksi virus corona. Ia juga meminta saran dari rekan sejawatnya terkait perusahaan yang bisa mendatangkan reagen.
Baca juga: Kisruh Alat Tes Covid-19, Doni Monardo Pastikan Pengadaannya Transparan
Dari lima daftar perusahaan yang disarankan, Nasser mengontak kelimanya namun hasilnya nihil. Belakangan, dari rekannya Nasser mendapatkan nama Budiyanto A. Gani, pemilik PT Trimitra Wisesa Abadi. Budiyanto awalnya ogah menerima tawaran karena harga dari pemerintah dianggap tak menguntungkan. Namun Nasser meyakinkan bahwa BPKP yang memberikan harga.
Setelah alat tes didatangkan pada Mei, BNPB mendistribusikan reagen tersebut pada 88 laboratorium di 31 provinsi. Menurut Nasser, sejumlah laboratorium tidak dapat mengerjakan alat tes karena persoalan metode pengerjaan.
Pada 13 Agustus 2020, BNPB bersama BPKP memutuskan menarik reagen yang tidak dapat digunakan untuk didistribusikan pada laboratorium yang cocok. “Redistribusi itu terus dilakukan hingga stok Sansure habis,” kata Nasser.
Laporan investigasi Majalah Tempo bersama Klub Jurnalis Investigasi dan Indonesia Corruption Watch (ICW) sebelumnya mengungkap pengadaan alat tes Covid-19 bermasalah. Dalam laporan itu disebut bahwa puluhan rumah sakit mengembalikan ratusan ribu alat tes Covid-19 dari BNPB.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan menemukan selisih hingga ratusan ribu reagen yang terdistribusi dan tercatat senilai Rp 40 miliar hingga Agustus 2020. Sedangkan ICW menemukan dugaan potensi kerugian negara sekitar Rp 170 miliar di pengadaan alat tes Covid-19.
FRISKI RIANA | KORAN TEMPO