TEMPO.CO, Jakarta - Publik digegerkan dengan munculnya aliran Hakekok Balakasuta di Pandeglang, Banten, hal itu terungkap setelah adanya penangkapan 16 penganut aliran itu oleh Polres setempat pada Kamis, 11 Maret 2021. Dikabarkan belasan orang tersebut ditangkap saat melakukan ritual mandi bersama tanpa busana di area kebun sawit PT Globallindo Agro Lestari atau GAL di kawasan Cigeulis.
Hakekok Balakasuta sendiri merupakan aliran sesat yang sudah ada sejak 2009 lalu, diajarkan di Padepokan milik Kasrudin di Desa Sekon, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang. Padepokan ini telah berdiri selama lima tahun dan pengikutnya berasal dari Banten, Jawa dan DKI Jakarta. Padepokan tersebut konon dibakar masyarakat setempat lantaran ritual yang dilakukan oleh aliran ajaran Hakekok Balakasuta ini dianggap melanggar norma dan nilai warga Desa Sekon yakni mandi tanpa busana bersama dan kawin gaib.
Satu dekade berselang, aliran Hakekok Balakasuta muncul lagi, Aliran tersebut diadopsi dari ajaran Hakekok yang dibawa oleh mendiang Abah Edi yang kemudian diteruskan oleh Arya dengan ajaran Balaka Suta Pimpinan Abah Surya. Arya, pria asal Kampung Polos, Desa Waringin Kurung, Kecamatan Cimanggung, Pandeglang ini merupakan pemimpin kelompok Hakekok Balakasuta yang mempelajari aliran itu langsung dari Abah Edi, almarhum orangtuanya. Kini bersama belasan pengikutnya, Arya masih diamankan di Mapolres Pandeglang untuk pengusutan lebih lanjut.
Baca: MUI: Kerajaan Ubur Ubur Aliran Sesat, Ini 5 Penyimpangannya
Arya dan pengikutnya mempercayai ritual mandi bersama tanpa pakaian sehelai pun di rawa itu dapat menyucikan diri dari dosa-dosa dan menjadikan pengikut ajaran sesat Hakekok Balakasuta lebih baik, dan dijanjikan akan menjadi kaya raya sebab telah melakukan komitmen dengan Imam Mahdi, sebagaimana pengakuan Arya.
Ritual mandi bersama di tempat terbuka yang dilakukan penganut aliran Hakekok Balakasuta itu sudah sejak lama dilakukan, dan biasanya dilakukan pada sore hari. Setelah melakukan ritual tersebut, diketahui biasanya Arya dan pengikutnya akan melanjutkan ritual ke dalam hutan. Ritual tersebut sudah dijalankan oleh mendiang orangtua Arya, Abah Edi. Setelah Abah Edi meninggal dunia, Arya meneruskan ajaran warisan orang tuanya itu.
Arya sendiri di mata masyarakat setempat digambarkan sebagai sosok yang pendiam dan tertutup, jarang bersosialisasi dan sering berdiam diri di dalam rumahnya. Bahkan Arya juga tidak pernah mengikuti perkumpulan warga seperti pengajian dan lainnya, namun warga sering memergoki pemimpin aliran Hakekok Balakasuta ini pergi ke dalam hutan hampir setiap hari untuk melakukan ritual yang tidak diketahui oleh warga.
Selain melakukan penangkapan terhadap Arya dan pengikutnya, polisi menggeledah kediaman pemimpin aliran Hakekok Balakasuta itu, polisi mengamankan sejumlah bukti di antaranya alat kontrasepsi, buku kitab, jimat dan keris. Barang tersebut diduga digunakan Arya sebagai alat ritual ajaran tersebut.
HENDRIK KHOIRUL MUHID