TEMPO.CO, Jakarta - Kisruh Partai Demokrat berlanjut setelah segelintir kader dan mantan kader sukses menggelar Kongres Luar Biasa atau KLB Demokrat di Deli Serdang, Sumatera Utara pada Jumat, 5 Maret lalu. KLB itu menetapkan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menjadi Ketua Umum Demokrat melengserkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Moeldoko terpilih lewat proses pemilihan yang berlangsung singkat, kurang dari 50 menit. Bersaing dengan mantan Sekretaris Jenderal Demokrat Marzuki Alie, ia menang lewat voting. Marzuki lantas diusulkan menjadi Ketua Dewan Pembina.
Salah satu isu yang mencuat dari terselenggaranya KLB tersebut adalah mengenai dugaan adanya tawaran dan janji pemberian uang menjelang perhelatan acara itu. Berikut adalah sejumlah faktanya.
1. Pengurus Pusat sebut kader ditawari uang agar datang KLB
Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra meyakini 1.200 orang yang hadir dalam Kongres Luar Biasa atau KLB Demokrat bukan pemilik suara sah.
“Melainkan hanya kader atau mantan kader yang dibuat seakan-akan pemilik suara sah dan mewakili kota, kabupaten atau provinsi tertentu,” kata Herzaky dalam keterangannya, Jumat, 5 Maret 2021.
Herzaky menuturkan, banyak bukti dan pengakuan dari kader yang bukan pemilik suara ditawarkan insentif uang asalkan bersedia hadir. Mereka yang datang akan dianggap mewakili kabupaten, kota atau provinsi itu.
Baca: Kata Marzuki Alie KLB Demokrat Kembalikan Marwah Partai
Menurut Herzaky, pelaksanaan KLB bodong itu merupakan bentuk kesewenang-wenangan oknum kekuasaan yang menyalahgunakan kekuasaan dan kemampuan finansialnya untuk merebut paksa kursi Ketua Umum Partai Demokrat yang sah berdasarkan hasil Kongres V Tahun 2020.
“Oknum kekuasaan tersebut bekerja sama dengan mantan-mantan kader yang bergerak atas dorongan insentif money politics, jabatan, dan proyek, seperti yang dituturkan para kader yang menolak hadir,” kata dia.
2. Testimoni kader yang hadir
Wakil Ketua DPC Partai Demokrat Kota Kotamobagu Gerald Piter Runtuthomas mengatakan mulanya telah menolak untuk ikut KLB tersebut. Ia akhirnya ikut setelah diiming-imingi duit Rp 100 juta.
"Kalau sudah tiba di lokasi akan dapat 25 persen, yaitu Rp 25 juta. Selesai KLB akan dapat sisanya Rp 75 juta," ujar dia dalam video testimoni yang ditayangkan AHY, Senin, 8 Maret 2021.
3. Memberontak lantaran hanya dibayar Rp 5 juta
Gerald mengatakan tetap menghadiri KLB di Deli Serdang meskipun tidak memiliki hak suara lantaran dijanjikan dapat duit Rp 100 juta. "Tapi nyatanya kita cuma dapat uang Rp 5 juta," tutur Gerald.
Mengetahui uang yang didapat tidak sesuai janji, Gerald dan sejumlah kader daerah pun memberontak di acara KLB tersebut. Ia mengungkapkan, daerah pertama yang memberontak adalah Maluku, diikuti Papua, lalu Sulawesi Utara. "Kami memberontak karena tidak sesuai harapan."
4. Dipanggil Nazaruddin
Gerald berujar pemberontakan kader itu akhirnya dapat diredam karena mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin, memberikan tambahan uang Rp 5 juta.
"Tiba-tiba dipanggil dan ditambahin uang Rp 5 juta oleh Bapak Nazaruddin," ujarnya. Dengan adanya tambahan itu, total uang yang didapat peserta KLB adalah Rp 10 juta.
5. Bantahan Max Sopacua
Politikus Partai Demokrat versi kongres luar biasa (KLB) Max Sopacua membantah informasi yang menyebut pihaknya menjanjikan imbalan Rp 100 juta untuk para kader partai yang bersedia menghadiri KLB Demokrat di Deli Serdang, Sumatera Utara, pada Jumat lalu.
“Saya kira tidak. Itu opini yang dibentuk saja oleh orang-orang tertentu,” kata Max saat dihubungi di Jakarta, Senin, 8 Maret 2021. Dia mengatakan ini perihal kesaksian seorang kader Partai Demokrat yang mengaku dijanjikan Rp 100 juta oleh panitia KLB. Namun, Max tidak menerangkan lebih lanjut langkah apa yang akan ditempuh pihaknya untuk merespons kabar tersebut.
CAESAR AKBAR | FRISKI RIANA | ANTARA