JAKARTA - Kebijakan impor 1 juta beras untuk memenuhi cadangan beras nasional agar dapat dipertimbangkan kembali. Kebijakan tersebut harus dipikir matang, karena saat ini para petani tengah menghadapi musim panen yang akan berlangsung pada beberapa bulan ke depan.
"Kalau kita mengimpor apalagi dalam volume yang cukup besar seperti 1 juta ton, maka harus betul-betul dipertimbangkan dengan matang," ujar Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Profesor Muhammad Firdaus, Jumat, 5 Maret 2021.
Menurutnya, impor beras dalam jumlah besar akan dapat mengganggu beban mental para petani dan pelaku usaha lainya yang kini tengah berjuang meningkatkan produksi dalam negeri.
"Kebijakan impor harus didasarkan pada data yang akurat. Dan sebuah data itu tidak bisa disediakan oleh satu pihak saja. Namun harus melibatkan data lain dan mengacu pada data yang benar. Kebijakan impor itu harus mengacu pada data yang valid," katanya.
Perlu diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis potensi peningkatan produksi padi pada 2021 sebesar 4,86 juta hektare atau meningkat sebesar 26,56 persen jika dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan terjadi karena panen raya di awal tahun, terutama di sejumlah daerah terus menunjukan tren positif.
Berdasarkan catatan BPS, pergerakan produksi beras tahun 2020 mencapai 54,65 juta ton. Angka ini lebih tinggi ketimbang 2019 yang hanya mencapai 54,60 juta ton. Adapun total luasan panen pada 2020 mencapai 10,66 juta hektar dengan total produksi padi mencapai 54,65 juta ton (gabah kering giling).
Sementata itu, jika dilihat menurut subround, produksi padi pada Mei-Agustus 2020 mengalami peningkatan sebesar 1,14 juta ton gabah kering giling atau 6,04 persen. Sedangkan untuk periode September-Desember mengalami peningkatan sebesar 2,68 juta ton gabah kering giling atau 22,54 persen jika dibanding periode yang sama 2019. Penurunan hanya terjadi pada subround Januari-April 2020, yakni sebesar 3,78 juta ton gabah kering giling atau 15,91 persen dibandingkan subround Januari-April 2019.
Adapun jika dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, produksi beras pada 2020 sebesar 31,33 juta ton atau mengalami kenaikan sebanyak 21,46 ribu ton atau 0,07 persen dibandingkan 2019 yang hanya sebesar 31,31 juta ton.
Firdaus menilai pentingnya membaca data yang valid sebelum mengeluarkan kebijakan impor. Terlebih pangan strategis seperti beras adalah mata pencaharian jutaan petani yang terus berjuang meningkatkan produksi. "Impor pangan strategis harus dipertimbangkan dengan berdasarkan data yang akurat. Data yang akurat itu harus segera dikumpulkan dari daerah sentra produksi padi," ujarnya.