INFO NASIONAL - Para eksportir lada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) kemarin berkumpul di Kantor Gubernur Babel, Senin, 1 Februari 2021. Mereka berkumpul atas inisiasi Dirut Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Babel, Prof. Saparudin. Maksud pertemuan itu agar pemprov maupun para eksportir lada bisa menyamakan persepsi dan saling konsolidasi mengenai data ekspor dan pengiriman antar pulau atas komoditi lada Muntok White Pepper.
Seberapa penting pertemuan tersebut? BUMD mensinyalir ekspor lada tidak melalui Kantor Pemasaran Bersama (KPB) dan tanpa menggunakan IG (Indikasi Geografis) lada Babel. “Karena itu, BUMD Bangka Belitung lakukan rapat konsolidasi dan sinkronisasi data perdagangan lada Muntok White Pepper, ekspor dan antar pulau," ujar Dirut BUMD Babel, Saparudin.
Pertemuan yang digelar di Ruang Tanjung Pesona Kantor Gubernur itu, juga dihadiri stake holder lain seperti Balai Karantina dan KSOP Pangkal Balam. Dalam pertemuan tersebut, Saparudin atau akrab disapa Prof. Udin mengatakan, BUMD lagi-lagi menekankan kepada para eksportir bahwa mereka diminta untuk mendukung penuh program Gubernur Babel tentang ekspor komoditi lada agar dilakukan langsung dari Babel dan menghindari pengiriman antar pulau.
"Karena kalau tidak kita kirim dari sini (Babel) maka output data ekspor komoditi asal Babel, rendah. Jika ekspor dari tempat lain, orang lain yang dapat untungnya, kita malah kecil, padahal komoditinya dari kita. Ini yang kita harapkan bisa disamakan persepsinya dengan para eksportir," kata Dirut BUMD.
Nah, untuk mendorong hal itu, Udin mengatakan, Gubernur Babel juga sudah menjalankan program pembenahan di Pelabuhan Pangkalbalam, termasuk, di dalamnya adalah rencana mendatangkan kapal kontainer lebih rutin dari jadwal yang sudah berjalan saat ini.
Pembenahan telah dimulai dari instruksi Gubernur Erzaldi tentang operasionalisasi 24 jam Pelabuhan Pangkalbalam yang juga sudah dilayangkan kepada PT Pelindo II Pangkalbalam dan Perusahaan Bongkar Muat (PBM) di Babel. "Kita mengharapkan para eksportir tidak mengirimkan lada melalui daerah lain, tetapi langsung dari Babel," ujarnya.
Prof. Udin menuturkan, banyaknya komoditi lada yang keluar dari Babel tanpa melalui IG dan KBM membuat data ekspor Babel tidak sinkron dengan jumlah komoditi yang keluar.
Konsolidasi kemarin perlu dilakukan dengan melihat data dari eksportir pada 2020. Eksportir masih kerap melakukan ekspor dari Prosedur Operasional Baku (POB) daerah lain seperti Lampung, Jakarta, dan daerah lainnya.
Sedangkan, data ekspor komoditi Babel yang langsung dilakukan dari POB Babel sangat penting untuk menambah alokasi dana pusat untuk pengembangan daerah.
"Selama ini, ekspor Babel selalu terdata kecil, sedangkan faktanya komoditi yang keluar dari Babel cukup besar, seperti udang, yang dikirim antar pulau kemudian ekspornya dilakukan dari POB Lampung. Data BPS pun menunjukkan ekspor Babel kecil, padahal kita miliki produksi sawit, karet, dan lainnya yang cukup tinggi," katanya.
Selain itu, dikhawatirkan jika produk seperti lada harus singgah di daerah lain memungkinkan terjadi pencampuran lada. Padahal saat ini produk pangan internasional sudah harus ada 'ketelusuran' produknya. Maksudnya, konsumen internasional kini tak mau lagi mengkonsumsi sesuatu tanpa tahu bibit, bebet dan bobot barang yang mereka gunakan. "Ketelusuran ini juga sedang dipersiapkan agar lada Babel dikenal baik oleh dunia," ujarnya.(*)