INFO NASIONAL - Pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga saat ini membawa dampak yang buruk, karena menyasar berbagai sektor kehidupan. Selain berdampak pada sektor kesehatan, sektor ekonomi juga mengalami kontraksi yang cukup besar.
Namun di tengah hantaman krisis ekonomi, sektor pertanian berhasil menjadi bantalan ekonomi nasional. Daya tahan sektor pertanian dan perbaikan sektor pertanian di tengah pandemi merupakan sebuah realitas bukan fatamorgana.
“Di masa Pandemi Covid - 19 sektor pertanian secara umum dapat dikatakan kebal terhadap krisis ekonomi nasional. Pertumbuhan positif sektor pertanian memberikan sumbangsih yang besar terhadap perekonomian nasional,“ ujar Anggota DPR RI Fraksi Nasdem, Charles Meikyansyah saat mengikuti Diskusi Online yang diselenggarakan INDEF yang bertajuk “ Daya Tahan Sektor Pertanian: Realita atau Fatamorgana”, Rabu 17 Februari.
Charles menyebutkan pandemi sepanjang 2020 menghantam perekonomian dunia, termasuk Indonesia membuat PDB Indonesia mengalami kontraksi sebesar minus 2,07 persen. Namun sektor pertanian mampu membuktikan sebagai salah satu yang tahan terhadap guncangan pandemi, dengan total pertumbuhan sebesar 1,75 persen .
Lebih lanjut Charles menyayangkan meskipun prestasi kinerja sektor pertanian cukup baik namun realokasi dan refocusing anggaran sektor pertanian cukup signifikan. Pada 2021 anggaran Kementerian Pertanian mengalami pemotongan Rp 6,326 triliun dari pagu awal Rp 21,838 triliun menjadi Rp 15,5 triliun. “Kami heran kebijakan tersebut karena masih ada 273 juta penduduk Indonesia yang harus makan tetapi refocusing anggaran sangat signifikan,“ ujar Charles.
Menurut Charles, alokasi anggaran untuk pupuk bersubsidi di 2021 merupakan yang terendah sejak 2015, padahal kebutuhan anggaran masih sangat besar sehingga ada gap antara kebutuhan dan ketersediaan.
Berdasarkan E-RDKK kebutuhan pupuk sebesar 23,2 juta ton atau setara Rp 67,182 triliun sementara pagu anggaran pupuk bersubsidi hanya Rp 25,76 triliun sehingga ada kesenjangan sebesar Rp 41,9 triliun.“Ini merupakan perbedaan angka yang sangat besar, kami sangat mendorong agar ada penambahan anggaran untuk pupuk bersubsidi, “ ujarnya.
Dalam pandangan Charles, sektor pertanian juga mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar pada Agustus 2020 lalu sebesar 38,2 juta jiwa atau setara dengan 29,76 persen dari total populasi.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, sektor pertanian selalu menjadi penyelamat ketika Indonesia mengalami krisis. Besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap ekonomi nasional membuat kontraksi ekonomi tidak terlalu dalam.
“Saya kira kita harus memberikan perhatian yang lebih terhadap sektor pertanian di masa depan. Kebijakan kedepan tidak hanya fokus terhadap output atau produksi tetapi juga harus mampu mengangkat kesejahteraan petani Indonesia." ujarnya.
Di diskusi yang sama, Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Arief Satria mengungkapkan di era pandemi sub sektor tanaman pangan berperan sangat penting. Pangsanya terhadap PDB pertanian meningkat tajam, dari 21,63 persen di 2019 menjadi 25,82 persen di kuartal II 2020 (Q2) . Ini menunjukan respon positif Kementan dalam menjaga ketahanan pangan.
“Fenomena globalisasi di Vietnam, Thailand, Kanada, Rusia, Brazil dan AS yang menahan produk pertanian untuk diekspor. Ini kesempatan Indonesia memperkuat komitmennya mewujudkan kedaulatan pangan dan kemandirian pangan," ujar Arief.(*)