TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat Dani Ramdan mengatakan pemetaan potensi rawan bencana sudah disusun hingga tingkat desa. Ia berharap masyarakat bisa memahami kondisi kebencanaan di lingkungannya.
Menurut dia, pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk tetap waspada merupakan hal yang krusial.
"Hanya gempa yang tidak bisa diprediksi kapan dan di mana terjadinya, tapi kalau banjir kita lihat dari kondisi alam termasuk banjir rob karena air laut yang naik. Sedangkan tsunami dan gempa tidak bisa diprediksi," kata Dani mengutip Antara, Sabtu, 30 Januari 2021.
Setelah menyusun peta rawan bencana, dia meminta, setiap pemerintah daerah tingkat kabupaten atau kota bahkan hingga tingkat desa agar menyusun rencana penanggulangan bencana (RPB) di tingkatan masing-masing. "Pemerintah desa bisa menyusun, misalnya jalur evakuasi manakala akan berpotensi bencana, tempat evakuasi atau pengungsian," kata dia.
Catatan BPBD Jawa Barat menunjukkan bencana longsor sudah terjadi sebanyak 852 kali di Jawa Barat sepanjang 2020. Beberapa di antaranya memakan korban jiwa. Awal 2021 longsor terjadi di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, pada Sabtu, 9 Januari 2021. Sebanyak 40 orang meninggal.
Awal 2020, longsor terjadi di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sebanyak tujuh orang dinyatakan meninggal akibat longsor Sukajaya.
Dibanding Jawa Tengah, longsor di Jawa Barat tercatat lebih rendah. BPBD Jawa Tengah mencatat ada 1.387 longsor sepanjang 2020.