TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan menargetkan program vaksinasi Covid-19 massal pada masyarakat umum akan dimulai di periode bulan April. Masyarakat umum menjadi prioritas ketiga untuk divaksinasi setelah tenaga kesehatan dan petugas pelayanan publik.
"Satu sampai 1,5 bulan setelah penyuntikan untuk layanan publik dimulai, diharapkan di akhir April atau pertengahan, diharapkan kita sudah mulai bisa buka untuk seluruh penduduk Indonesia untuk vaksinasi," ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam webinar, Sabtu, 30 Januari 2021.
Budi mengatakan program vaksinasi dituntut untuk dilakukan secepat-cepatnya diiringi dengan menyuntik sebanyak-banyaknya. Ia mengatakan tuntutan ini muncul karena sampai sekarang belum ada yang tahu berapa lama kekebalan vaksin akan bertahan.
Baca juga: Wamenkeu Sebut 400 Ribu Vaksin Covid-19 Disuntikkan: Ada yang Sudah Dapat 2 Kali
"Karena belum ada yang selesai secara lengkap uji klinis tahap 3-nya. Baik itu Pfizer, AstraZeneca, Sinovac, itu belum selesai," kata Budi.
Namun karena keperluan vaksinasi yang sudah darurat, banyak negara di seluruh dunia mengeluarkan izin penggunaan darurat (emergency use of authorization), termasuk Indonesia. Pemerintah, kata Budi, menggunakan pendekatan konservatif dengan menghitung perkiraan awal vaksin Sinovac yang digunakan selama ini, akan bertahan selama 12 bulan.
"Kita secara konservatif mengambil waktu yang 12 bulan, oleh karena itu diharapkan dalam 12 bulan bisa 70 persen masyarakat yang dijadikan target vaksinasi bisa kita vaksinasi," kata Budi.
Dari total 270 juta masyarakat Indonesia, vaksinasi hanya akan dilakukan pemerintah pada 70 persen masyarakat saja, atau sekitar 188 juta orang. Karena masing-masing individu perlu disuntik 2 kali, maka pemerintah membutuhkan 363 juta dosis vaksin.
"Kita ada cadangan 15 persen, jadi yang dibutuhkan 426 juta dosis vaksin. Ini yang diperlukan untuk vaksinasi Covid-19 70 persen rakyat Indonesia," kata Budi.