TEMPO.CO, Jakarta - Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat terdapat 108 kabupaten/kota di Indonesia yang masuk dalam zona merah atau berisiko tinggi Covid-19. Sebanyak 52 kabupaten/kota di antaranya berada di Pulau Jawa dan Bali.
"Ini berarti, hampir setengah zona merah di Indonesia berasal dari kabupaten/kota di Pulau Jawa dan Bali," ujar Jubir Satgas Covid-19, Wiku Adisasmito, Kamis, 21 Januari 2021.
Jika dilihat lebih jauh berdasarkan zonasi di 73 kabupaten kota yang menyelenggarakan pembatasan pemberlakuan kegiatan masyarakat (PPKM), ujar Wiku, per 17 Januari terdapat 39 kabupaten/kota dengan zona merah, 30 kabupaten/kota zona oranye dan ada 4 kabupaten/kota zona kuning.
"Hal ini menandakan bahwa kebijakan intervensi PPKM di Pulau Jawa dan Bali yang sudah berlangsung selama satu minggu ini, masih harus terus dioptimalkan. Kita masih memiliki harapan, dampak dari intervensi baru akan terlihat pada minggu ketiga intervensi dilakukan," ujar Wiku.
Wiku menyebut, kondisi ini tentunya dapat diperbaiki jika masyarakat mau bekerjasama disiplin menjalankan protokol kesehatan, disamping pemerintah terus melakukan 3T (testing, tracing, treatment). "Apabila tidak, maka kita akan terus memperpanjang periode pembatasan kegiatan ini terus-menerus agar menjadi efektif sampai waktu yang tidak bisa diprediksi," ujar Wiku.
Baca juga: Bupati Sleman Positif Covid-19, Sempat Disuntik Vaksin Sinovac Minggu Lalu
Satgas Covid-19 mencatat rata-rata kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan pekan lalu cenderung meningkat dibandingkan dua minggu sebelumnya yaitu dari 50,27 persen menjadi 62,46 persen atau naik sebesar 12,9 persen dalam memakai masker.
Lalu, kepatuhan menjaga jarak naik dari 35,98 persen menjadi 53,09 persen atau naik 17,9 persen. Namun, kata Wiku, kenaikan rata-rata ini belum bisa menyerupai tingginya kepatuhan di awal upaya monitoring pada September dan Oktober 2020, yaitu menembus angka 84,77 persen dalam memakai masker dan 69,04 persen dalam menjaga jarak.
"Efek positif perubahan perilaku ini membutuhkan waktu yang lama untuk berdampak pada penurunan kasus, namun dapat menghasilkan perbaikan penanganan Covid-19 yang berkelanjutan apabila dijalankan terus-menerus," ujar Wiku