TEMPO.CO, Jakarta - Serikat Petani Indonesia (SPI) Kalimantan Selatan mendapati banyak kerugian materi yang diderita petani sebagai korban banjir Kalsel. Menurut Ketua SPI Kalsel, Dwi Putra Kurniawan, Serikat mendatangi sebagian petani di Kabupaten Barito Kuala dan Banjar, sejak banjir merendam pada Kamis, 14 Januari 2021.
Di Barito Kuala, kata Dwi, ada 110 jiwa pengungsi yang merupakan petani transmigrasi. Mereka hidup tersebar di beberapa desa, Kecamatan Mandastana. Para pengungsi cuma membawa bekal pakaian seadanya karena air naik secara cepat, yang memaksa mereka harus segera mengungsi.
“Lahan pertanian yang terendam di Kecamatan Mandastana hampir 80 persen sentral penghasil jeruk dan padi ini dipastikan rusak parah. Arus yang begitu deras menumbangkan tanaman yang sedang dibudidayakan,” kata Dwi Putra Kurniawan kepada Tempo, Senin 18 Januari 2021.
Menurut Dwi, banjir awal tahun 2021 merupakan yang terbesar di Kabupaten Barito Kuala. Hal ini berdasarkan pengakuan petani setempat yang mendiami wilayah transmigrasi sejak 35-37 tahun silam.
Baca juga: Walhi Nilai Kalimantan Selatan Darurat Bencana Ekologis
“Banjir terbesar dalam sejarah mereka mengelola pertanian di Kabupaten Barito Kuala, Kalsel. Hal yang paling kami sesalkan adalah ada sebagian orang yang tidak bertanggungjawab memanfaatkan situasi bencana ini,” kata Dwi Putra.
Ia menerima laporan ada petani yang rumahnya kebobolan maling saat para petani dan keluarga mengungsi. Alhasil, petani mengalami kerugian materi bertubi-tubi, selain lahan pertanian rusak disapu banjir.
“Lahan diterjang banjir menyebabkan mereka tidak ada pendapatan ke depan. Rumah dibobol maling saat mengungsi, dan alat-alat mekanis pertanian seperti hand traktor rusak terendam banjir,” kata Dwi Putra.
Dwi meminta kejadian ini perlu perhatian khusus pemerintah daerah, mengingat bencana ekologi banjir telah melumpuhkan sektor pertanian pangan yang bisa mengancam krisis pangan di Kalsel.
Setelah penanganan korban bencana banjir, kata Dwi, maka pemerintah wajib memastikan para petani bisa kembali beraktivitas menanam atau budidaya tanaman pangan kembali. “Segala kerusakan di lahan pertanian harus jadi prioritas pasca bencana,” ujarnya.
Adapun di Desa Sungai Batang dan Penggalaman, Kecamatan Martapura Barat, Kabupaten Banjar, Dwi Putra mendapati petani terpaksa melego benih padi ke pengepul untuk menghindari kerugian lebih besar. Petani di sana menyampaikan kemungkinan tidak ada lagi benih padi untuk masa tanam tahun 2021 pada April - Mei 2021 karena rusak terendam banjir dan keburu dijual ke tengkulak.
“Berdasarkan data sementara, kerugian ada yang mulai Rp 4 juta sampai Rp 10 jutaan per petani akibat banjir ini. Sesuai UU Nomor 19 Tahun 2013, kejadian ini harus menjadi bagian tanggung jawab pemerintah daerah,” ucap Dwi.
Pihaknya bersama Walhi Kalimantan Selatan ikut menyalurkan bantuan pangan ke korban banjir di Barito Kuala.
Gubernur Kalimantan Selatan, Sahbirin Noor, menginstruksikan jajarannya maksimal membantu korban banjir Kalsel. Banjir sudah merenggut 16 korban jiwa tewas, 37.323 KK terdampak, 134.654 jiwa, dan 33.007 jiwa mengungsi per tanggal 16 Januari 2021. Banjir menggenangi 10 kabupaten/kota di Kalsel.