Berkampanye selama kurang lebih dua bulan, dua eks PNS ini ternyata cukup mencuri perhatian publik. Satono merupakan seorang mualaf keturunan Tionghoa, salah satu suku mayoritas di Sambas.
"Ibu Saya, bapak saya, asli Tionghoa. Saya Islam kelas 3 SMP, lahir dan besar di Sambas," ujar Satono.
Di samping itu, Satono juga dikenal sebagai seorang da’i atau penceramah. Pria kelahiran Senturang, 2 April 1980 ini adalah Ketua Dewan Dakwah Kabupaten Sambas, Ketua Persatuan Islam Tionghoa Kabupaten Sambas, Ketua Persaudaraan Muslim Indonesia (Parmusi), Sambas, hingga Ketua Yayasan Rumah Bina Da’i, Sambas.
Satono tak menampik bahwa ia mencuri hati para pemilih dengan dakwah-dakwah yang dibawakannya. "Ikhtiar politik itu namanya," ujarnya berkelakar.
Sementara Rofi, wakilnya, merupakan anak mantan Bupati Sambas, Burhanuddin A. Rasyid yang ketokohannya masih kuat. Awalnya, Rofi juga mengaku sempat dirayu untuk tidak berpasangan dengan Satono. Namun, keduanya tetap kompak berpasangan, bahkan sebelum ada partai yang melirik.
"Saya bilang ke beliau (Rofi), kita ini ingin berjuang melawan raksasa. Pertama, kita luruskan niat. Masalah enggak ada ini itu, nomor tujuh lah. Kita coba full wakafkan waktu, tenaga, dan pikiran. Insyaallah dimudahkan jalannya," ujarnya.
Satono-Fahrur Rofi akhirnya memenangkan Pilkada Sambas. Keduanya akan dilantik pada Juni mendatang seiring habisnya masa jabatan Atbah Rohmin Suhaili dan Hairiah sebagai Bupati dan Wakil Bupati Sambas periode 2016-2021.
Satono saat ini mengaku tengah menyiapkan transisi kepemimpinan. Masih memiliki waktu enam bulan lagi, ia berjanji akan menyiapkan berbagai program yang telah digadang selama kampanye lalu.
Di antaranya; memajukan sektor pertanian dan perikanan di Sambas. "Total petani dan nelayan di Sambas itu 72 persen. Dapur orang Sambas itu ya memang pertanian dan perikanan, potensinya luar biasa," ujarnya.
DEWI NURITA