TEMPO.CO, Jakarta - Presiden keenam, Susilo Bambang Yudhoyono, mengatakan vaksin Covid-19 dari berbagai negara merupakan harapan baru di awal 2021. Menurut SBY, sangat mungkin vaksin dan vaksinasi Covid-19 menjadi titik balik pengakhiran pandemi.
"Saya yakin rakyat Indonesia, termasuk saya, sangat berharap pemerintah dapat melakukan vaksinasi nasional ini dengan baik. Harus sukses dan tak boleh gagal," kata SBY dalam tulisannya berjudul 'Indonesia Tahun 2021 Peluang untuk Sukses Ada, Jangan Kita Sia-siakan', Jumat, 8 Januari 2021.
Meski begitu, SBY mengatakan ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan. Pertama, mengingat jumlah rakyat Indonesia yang mencapai 200 juta jiwa lebih, proses vaksinasi tentu memerlukan waktu.
"Oleh karena itu jangan sampai upaya mengatasi Covid-19 saat ini menjadi kendor, termasuk dalam menjalankan berbagai pembatasan yang diperlukan," ujar SBY.
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat ini menyoroti perbedaan informasi antara Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan pejabat senior Kemenkes ihwal lama waktu vaksinasi. Budi Gunadi pada 2 Januari lalu menyampaikan bahwa vaksinasi akan tuntas dalam 3,5 tahun.
Sehari kemudian, pejabat senior Kemenkes meralat dengan menyatakan bahwa vaksinasi akan selesai dalam 15 bulan. Artinya, kata SBY, vaksinasi terakhir terhadap masyarakat Indonesia akan berlangsung 13 April 2022.
SBY mengatakan tak ingin berdebat tentang realistik berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyukseskan vaksin Covid-19. Yang penting, ujarnya, segalanya mesti direncanakan, disiapkan, dan dilaksanakan dengan baik.
Ia pun memahami tantangan dan kompleksitas vaksinasi untuk rakyat Indonesia, misalnya mengingat secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan. Belum lagi kesiapan infrastruktur kesehatan masyarakat di berbagai wilayah, faktor transportasi, penyimpanan, dan distribusi vaksin serta elemen logistik yang lain.
"Kapan berbagai jenis vaksin yang dipesan pemerintah datang di Indonesia, sesuai kesanggupan penjualnya, juga harus menjadi bagian dari perencanaan yang realistik," kata SBY.
Di samping itu, dia melanjutkan, pemerintah harus menyiapkan anggaran cukup besar. Apalagi Presiden Joko Widodo telah menjanjikan vaksin gratis bagi seluruh rakyat Indonesia. SBY mengingatkan, keuangan negara dan ruang fiskal Indonesia sangat terbatas.
Ia mengatakan negara tak bisa terus-menerus berutang sebab utang yang kian menggunung akan menambah beban ekonomi yang kini sudah berat. "Poin saya adalah apa yang telah dijanjikan oleh pemerintah kepada rakyat harus benar-benar ditepati. Kalau tidak, misalnya karena salah salah perencanaan dan salah hitung, bisa menimbulkan chaos tersendiri," kata mantan Ketua Umum Partai Demokrat ini.
Menurut SBY, tidak terlaksananya janji tersebut juga akan membuat masyarakat kehilangan kepercayaan kepada pemerintah. Dia menyebut masyarakat bisa panik, marah, dan kehilangan harapan sehingga imbasnya seluruh upaya mengatasi pandemi pun bisa gagal.
Meski begitu, SBY menilai pemerintah sebenarnya mampu mengelola vaksinasi dengan baik. "Syaratnya, lakukan manajemen krisis yang efektif serta bekerja siang dan malam. Bukan business as usual," kata dia.
Tentang pemilihan jenis vaksin yang akan disuntikkan kepada masyarakat, SBY meyakini pemerintah telah mempertimbangkan segala aspeknya. Ia hanya menyampaikan faktor keamanan dan efikasi menjadi dua faktor utama yang harus dipenuhi. "Yang penting penjelasan pemerintah kepada masyarakat harus gamblang, transparan, dan dapat dimengerti dengan baik," ucap SBY.