TEMPO.CO, Jakarta - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) mencatat sebanyak 234 kiai dan tokoh NU meninggal selama pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak Maret 2020.
Selain itu, berdasarkan laporan Satkor Covid-19 RMI (Rabithah al-Ma'ahid al-Islamiyyah) PBNU per 27 Desember 2020, terdapat 112 pesantren menjadi klaster penularan Covid-19, dengan 5.244 pasien. Keterangan dalam data tersebut menyatakan, "Fenomena gunung es, asumsi 1 pasien memiliki 7-10 kontak erat."
Namun, Koordinator Satgas NU Peduli Covid-19, Makky Zamzami, tak menyebutkan berapa banyak kiai dan tokoh NU yang meninggal karena terpapar Covid-19.
Sejumlah kegiatan telah diadakan Satkor Covid-19 RMI PBNU, seperti pembagian paket sembako untuk 5.000 guru ngaji, edukasi pesantren tentang Covid-19. Kemudian, menerbitkan protokol pencegahan dan mitigasi, pelatihan Satgas Covid-19 untuk lebih dari 600 pesantren, swab gratis dengan kuota, deteksi dini Covid-19 di pesantren.
Selanjutnya membuat aplikasi kesehatan atau telemedicine, pengadaan APD untuk kiai dan santri, dan festival Satgas Covid-19 Pesantren.
PBNU juga merekomendasikan pemerintah agar membentuk Aliansi Strategis Penanganan Terpadu Covid-19 di pondok pesantren tingkat nasional, provinsi, hingga kabupaten. Dinas Kesehatan diminta menjadi leading sector, melibatkan Kementerian Agama, Kementerian Sosial, dan RMI.
Adapun usulan kepada pesantren, PBNU meminta pembentukan dan pelatihan Satgas Covid-19 di pesantren, memprioritaskan perlindungan pada masayikh dan komorbid, kontrol dengan ketat 3 pintu masuk virus ke pesantren. Secara bertahap siapkan agenda kelaziman baru di pesantren.