TEMPO.CO, Jakarta - Bareskrim Polri menyelidiki dugaan tindak pidana penimbunan kedelai dan permainan harga para spekulan. Sebab, dua hal tersebut membuat terjadinya kelangkaan kedelai di Indonesia.
Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Listyo Sigit Prabowo telah memerintahkan Satuan Tugas Pangan untuk melakukan pemeriksaan di sejumlah gudang importir dan distributor kedelai di wilayah Cikupa, Cengkareng dan Bekasi.
"Jadi Satgas juga telah menginstruksikan Satgas di tingkat kewilayahan di tiap Polda untuk melakukan pengecekan harga, ketersediaan kedelai serta sentra-sentra pengolahan khususnya UMKM yang memproduksi tempe dan tahu," ucap Listyo melalui keterangan tertulis pada Selasa, 5 Januari 2020.
Sementara itu, Kepala Satgas Pangan Polri Brigadir Jenderal Helmy Santika menyatakan sudah mengantongi data dan hasil analisis ketersediaan serta kebutuhan kedelai secara nasional. Ia juga telah berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian dan sejumlah pihak lainnya untuk menelusuri dugaan adanya penimbunan dan permainan harga kedelai yang melonjak.
Helmy juga menyebutkan perkembangan global di masa pandemi Covid-19 turut memengaruhi harga kedelai di pasar dunia.
"Berdasarkan data FAO, pada Desember 2020 ada kenaikan harga kedelai di pasar global sebesar 6 persen dari harga awal US$ 435 menjadi US$ 461 per ton," kata Helmy.
Pada awal 2021, harga kedelai mengalami kenaikan. Kenaikan ini membuat sejumlah perajin tahu tempe mogok produksi selama tiga hari. Pasokan tahu dan tempe menghilang di pasaran selama 1-3 Januari.