Jakarta- Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) melaksanakan Talk show secara daring bertajuk Strategi Keamanan Siber dan Pertumbuhan Ekonomi Digital di Jakarta, 22 Desember .
Acara Talk show dibuka dengan Keynote Speaker oleh Kepala BSSN, Letnan Jenderal TNI (Purn.) Hinsa Siburian. Ruang siber sebagai bagian dari lingkungan informasi merupakan penggabungan dari individu, organisasi, dan sistem yang mengoleksi, memproses, menyebarkan, dan bertindak atas informasi terkait, serta bergantung pada domain fisik lainnya seperti darat, udara, laut, dan ruang angkasa.
“Ruang siber menyimpan potensi dan peluang untuk kesejahteraan manusia, tetapi juga didalamnya terdapat potensi dan ancaman nyata,” ujarnya. Menurut Kepala BSSN, ancaman pada ruang siber atau yang disebut serangan siber dapat didefinisikan sebagai upaya aktif dari pihak tertentu dengan keinginan, tujuan, dan kemampuan untuk merusak dan menimbulkan kerugian pada pihak yang diserang.
Serangan siber terdiri dari dua jenis, yakni serangan siber yang bersifat teknikal dan serangan siber yang bersifat sosial. Serangan siber teknikal merupakan serangan siber dengan target sistem informasi yang bertujuan mendapatkan akses ilegal ke dalam jaringan dan sistem untuk menghancurkan, mengubah, mencuri atau memodifikasi informasi.
Berdasarkan data yang dihimpun Pusat Operasi Keamanan Siber Nasional (Pusopskamsinas) BSSN, tselama periode Januari-November 2020 terjadi lebih dari 423 juta serangan siber. Jumlah ini lebih banyak tiga kali lipat dibandingdengan jumlah serangan di periode yang sama pada 2019.
Beberapa contoh dari serangan siber dengan target sistem informasi antara lain adalah phising, SQL injection, brute force attack, malware attack, DOS (Denial of Service) dan DDOS (Distributed Denial of Services)
Adapun serangan siber yang bersifat sosial dengan target social networking erat kaitannya dengan peperangan politik, peperangan informasi, peperangan psikologi, dan propaganda. Target utama dari serangan siber sosial adalah cara pikir, sistem kepercayaan, dan sikap tindak dari manusia yang berinteraksi dengan ruang siber.
Senjata utama dari serangan siber jenis ini adalah informasi yang direkayasa untuk mendukung dan memperbesar dampak dari aktivitas lainnya yang dilakukan penyerang. Serangan siber dengan target social networking dapat membahayakan pesatuan dan falsafah kekuatan bangsa Indonesia (Center of Gravity), yaitu Pancasila.
Menyikapi dinamika di ruang siber saat ini, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo menekankan Indonesia harus siaga menghadapi ancaman kejahatan siber, termasuk kejahatan penyalahgunaan data.
Pada 2020, BSSN juga telah menyusun Strategi Keamanan Siber Nasional Republik Indonesia (SKSN RI) sebagai langkah nyata kehadiran negara mewujudkan keamanan dan ketahanan nasional di ruang siber. Saat ini draft Perpres SKSN RI tersebut dalam pengajuan persetujuan Presiden RI dan diharapkan dapat diundangkan pada 2021.
Pelaku bisnis merupakan salah satu pemangku kepentingan keamanan siber nasional Indonesia yang disebut dengan Quad Helix. perannya memberikan perlindungan terhadap layanan, sistem, dan data/informasi pelanggan.
Narasumber yang ikut terlibat dalam diskusi ini antara lain: Direktur Proteksi Ekonomi Digital, Deputi II BSSN Anton Setiyawan, CEO Tanam Duit Rini Hapsari, dan CEO Kecipir Tantyo Bangun. Berikutnya Senior Lead Government Relations Business Partner Bukalapak Luciana Dita Chandra Murni, Ketua Asosiasi Fungsional Sandiman Indonesia Ismu Hadi dan para peserta dari berbagai stakeholder.