TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, meminta pemerintah menyiapkan opsi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sepulau Jawa, untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 pasca libur Natal dan tahun baru.
"Pemerintah harus siap dengan contingency plan, opsi skenario terburuk kita akan perlu yang disebut dengan rem darurat itu adalah PSBB se-Jawa," kata Dicky kepada Tempo, Senin, 21 Desember 2020.
Dicky menilai, kondisi akan semakin berat pada Januari. Jika tidak disiapkan, penanganan pandemi akan menjadi tidak efektif seperti sebelumnya. Skenario terburuk, kata dia, perlu disiapkan per pulau.
Apalagi, kata Dicky, langkah tersebut nantinya akan berkaitan dengan kelancaran program vaksinasi Covid-19. "Ini akan berkaitan. Karena kalau tidak dikendalikan, vaksinasi akan gagal," katanya.
Menurut Dicky, pemodelan epidemiologi saat ini memperlihatkan situasi yang makin serius, karena estimasi kasus harian terendah sudah menyentuh 20 ribuan kasus, dan cakupan testing juga masih sangat rendah. "Artinya efek bola salju sejak adanya pandemi ini yang belum bisa kita tangani makin besar," ujarnya.
Selain itu, tren terhadap angka kasus harian, kematian, dan positivity rate juga meningkat. Dicky mengatakan hal ini menunjukkan pandemi tidak terkendali. Satu-satunya cara, kata dia, pemerintah harus meningkatkan 3T yaitu testing, tracing, treatment.
Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19 pada 20 Desember 2020, kasus kematian mencatatkan rekor dengan penambahan sebanyak 221 kasus dalam 1 hari.
Kasus aktif Covid-19 di Indonesia saat ini 15,5 persen atau 103.239 kasus dari total 664.930 kasus terkonfirmasi. Adapun penambahan kasus positif pada 20 Desember sebanyak 6.982 orang, dan kasus sembuh bertambah 5.551 orang.