TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) periode 2020-2025 Suharso Monoarfa menyewa lembaga survei dan konsultan politik Polmark pimpinan Eep Saefulloh Fatah.
Suharso mengatakan kontrak kerja sama itu akan berlangsung hingga 2024. "Dengan target mengembalikan suara kita sekurang-kurangnya satu suara di atas suara yang kita peroleh pada tahun 1999," kata Suharso dalam pidatonya seusai ditetapkan sebagai ketua umum di Muktamar IX PPP, Sabtu malam, 19 Desember 2020.
Pada Pemilu 1999, PPP meraih suara sebanyak 11.329.905. Pemilu 1999 juga kerap disebut-sebut sebagai masa gemilang partai berlambang kabah ini. Setelah itu, suara PPP terus menurun.
Di Pemilu 2019, PPP hanya meraih 6,3 juta suara atau 4,52 persen. Angka ini mepet dengan ambang batas parlemen sebesar 4 persen. Adapun jumlah kursi di Dewan Perwakilan Rakyat hanya 19 kursi, menurun dari hasil Pemilu 2014 sebanyak 39 kursi.
Dengan target melampaui Pemilu 1999, Suharso melanjutkan, PPP harus menaikkan suara hampir dua kali lipat dari perolehan 2019. Dia meyakini target ini bisa tercapai jika seluruh jajaran PPP berjuang bersama dalam Pemilu 2024.
"Insya Allah hasil itu tidak pernah berkhianat terhadap ikhtiar. Kalau ikhtiar benar-benar kita lakukan, insya Allah dengan rida-Nya semua yang kita cita-citakan tercapai," ujar Suharso.
Suharso mengatakan, PPP juga akan merilis hasil survei nasional yang dilakukan bersama Polmark. "Mudah-mudahan besok saya, DPP, bisa menggelar sebuah hasil survei nasional yang baru saja kita lakukan pada beberapa waktu lalu."
Suharso Monoarfa terpilih menjadi ketua umum PPP periode 2020-2025 dalam Muktamar IX yang berlangsung Jumat-Sabtu, 18-19 Desember 2020. Ia menjadi satu-satunya kandidat yang memenuhi syarat dan mencalonkan diri sehingga akhirnya ditetapkan secara aklamasi.