Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bersama Selamatkan Ekonomi Kelautan

image-gnews
Dialog Industri yang ditayangkan secara langsung melalui kanal youtube tempodotco bertajuk Peningkatan Ekonomi dari Praktik Perikanan Berkelanjutan, Kamis (17/12)
Dialog Industri yang ditayangkan secara langsung melalui kanal youtube tempodotco bertajuk Peningkatan Ekonomi dari Praktik Perikanan Berkelanjutan, Kamis (17/12)
Iklan

INFO NASIONAL -- Generasi muda harus berjuang secara kolektif untuk mengingatkan pemerintah agar lebih serius menata laut Indonesia. Tata kelola yang buruk dipastikan akan mengancam ekosistem bahari dan kehidupan nelayan semakin sulit. 

“Anak muda harus bergerak sama-sama, teriak lebih keras lagi. Aksinya harus kolektif, tidak bisa sendiri-sendiri lagi meminta pemerintah bertindak,” kata CEO Yayasan Econusa, Bustar Maitar dalam diskusi virtual “Peningkatan Ekonomi Dari Praktik Perikanan Berkelanjutan” pada Kamis, 17 Desember 2020.

Dari pengalamannya berkeliling ke wilayah Indonesia Timur, Bustar kerap melihat kapal trawl dan cantrang sedang dipersiapkan untuk kembali melaut.  Hal ini sebelumnya dilarang oleh  Menteri Kelautan dan Perikanan di periode sebelumnya. “Kerja susah payah yang dibangun Susi buyar dan amburadul dalam satu tahun ini,” ujarnya. 

Kehadiran kembali kapal-kapal besar tersebut dikhawatirkan membuat nelayan tradisional semakin sulit menangkap ikan. Pada medio Juni lalu, Kementerian Kelautan dan Perikanan berniat merevisi perizinan delapan alat tangkap baru termasuk cantrang. Delapan alat tangkap ikan itu disusun berdasarkan hasil kajian sebagai tindak lanjut Menteri KP Nomor B.717/MEN-KP/11/2019 Tentang Kajian terhadap Peraturan Bidang Kelautan dan Perikanan.

Menurut Bustar, negara harusnya mendukung nelayan, bukan sebaliknya mementingkan oligarki atau modal besar yang ingin menguasai laut. Apalagi pemberlakuan UU No. 11 Tahun 2020 atau UU Cipta Kerja diduga akan berdampak pada lingkungan hidup. 

UU Cipta Kerja memperbolehkan kapal asing menangkap ikan di Zona Ekonomi Eksklusif berdasarkan perjanjian dua negara. Karena ketentuan ini,  UU tersebut mendapat sorotan serius dari pegiat lingkungan. Kerusakan di sekitar perairan laut sangat serius. Sekitar 33 persen dari total luas hutan mangrove (bakau) seluas 24.073 kilometer persegi, rusak parah. Padahal Indonesia  sebagai negara dengan luas hutan mangrove terbesar di dunia . 

“Kalau kita lihat ranking Indonesia dalam pelaksanaan SDGs dunia (tujuan pembangunan berkelanjutan),  kita ada di peringkat 101 dari 166 negara. Dari 17 goals, belum ada yang nilainya berwarna hijau, artinya kita banyak pe-er serius,” kata Mas Ahmad Santosa, CEO Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Rusaknya kondisi hutan mangrove selaras dengan pandangan para nelayan yang menilai tahun ini adalah yang terburuk sepanjang sejarah. “Pembuangan limbah, pertambangan, kerusakan hutan mangrove, semua ini mempengaruhi nelayan sehingga jadi kemiskinan terstruktur,” ujar Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA),  Susan Herawati. 

Menurut Susan, ada tiga masalah serius yang dihadapi nelayan saat ini. Yakni krisis iklim berupa ombak tinggi yang menyulitkan melaut, kerusakan alam oleh manusia, dan masalah sosial ekonomi politik. “Jadi, kita bingung mau bicara soal pembangunan berkelanjutan. Kalau melihat di atas kertas sih bagus, tetapi pelaksanaannya tergantung dinamika politik,” katanya.

Untuk membangun ekonomi yang berkelanjutan, pemerintah diminta belajar dari pengalaman masa lalu.  Pada era 2000-an,  Pemerintah AS mengeluarkan larangan terhadap ekspor udang dari Indonesia karena ditemukan bukti-bukti penangkapannya menggunakan kapal trawl yang tidak ramah terhadap penyu.

Kunci utama untuk meningkatkan ekonomi kelautan adalah pemerintah harus tegas dan terbebas dari praktik-praktik yang tak ramah lingkungan serta konsisten terhadap kebijakan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan. 

Kasus ekspor benih lobster yang menyebabkan Menteri KKP Edhy Prabowo tersangkut kasus hukum patut menjadi pelajaran berharga. “Pe-er besar pemerintah saat ini adalah mengembalikan kepercayaan publik. Masalah kelautan ini perlu sumber daya yang konsisten terhadap kelautan,” kata Peneliti Ekonomi Kelautan Suhana.(*)

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Nikson Nababan Kunjungi dan Pantau Pembangunan Jalan di Wilayah Terisolir

14 menit lalu

Ditengah guyuran hujan, Bupati Taput Nikson Nababan didampingi sejumlah pejabat menelusuri pembukaan jalan jalur Rura Julu Toruan -Aek Bontar Kecamatan Sipoholon. (Jan Piter Simorangkir)
Nikson Nababan Kunjungi dan Pantau Pembangunan Jalan di Wilayah Terisolir

Di akhir masa jabatannya, Bupati Tapanuli Utara, Nikson Nababan, berkunjung ke Desa Rura Julu Toruan, Kecamatan Sipoholon, pada Selasa, 23 April 2024.


Panduan Singkat Jaminan Kecelakaan Kerja dan Kematian BPJS Ketenagakerjaan

1 jam lalu

Panduan Singkat Jaminan Kecelakaan Kerja dan Kematian BPJS Ketenagakerjaan

Negara memberikan perlindungan melalui program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM)


Aset Kelolaan Wealth Management BRI Tumbuh 21 persen Pada Kuartal I 2024

1 jam lalu

Aset Kelolaan Wealth Management BRI Tumbuh 21 persen Pada Kuartal I 2024

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, terus mencatatkan pertumbuhan positif dengan membukukan aset yang dikelola (Asset Under Management) oleh Wealth Management BRI naik 21 persen year-on-year (yoy) per Kuartal I 2024.


Aset Kelolaan Wealth Management BRI Tumbuh 21 persen Pada Kuartal I 2024

1 jam lalu

Aset Kelolaan Wealth Management BRI Tumbuh 21 persen Pada Kuartal I 2024

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, terus mencatatkan pertumbuhan positif dengan membukukan aset yang dikelola (Asset Under Management) oleh Wealth Management BRI naik 21 persen year-on-year (yoy) per Kuartal I 2024.


Kredit Ultra Mikro AgenBRILink Bantu Usaha Masyarakat

1 jam lalu

Kredit Ultra Mikro AgenBRILink Bantu Usaha Masyarakat

Produk pinjaman Kredit Cepat (KECE) dari BRI di Agen BRILink, berhasil membantu sejumlah warga yang membutuhkan modal usaha.


Bamsoet Publikasikan Hasil Riset Ilmiah Empat Pilar Kebangsaan

2 jam lalu

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo
Bamsoet Publikasikan Hasil Riset Ilmiah Empat Pilar Kebangsaan

Bamsoet, publikasikan hasil riset ilmiah empat pilar kebangsaan dalam Jurnal Ketahanan Nasional, Universitas Gajah Mada, Vol 30 tahun 2024.


Bamsoet Dukung Kerja Sama Wirausahawan Muda Indonesia-Tiongkok

16 jam lalu

Bamsoet Dukung Kerja Sama Wirausahawan Muda Indonesia-Tiongkok

Bambang Soesatyo mendukung rencana para pengusaha muda China yang tergabung dalam China International Youth Exchange Center dalam membangun kerjasama wirausahawan muda Indonesia - Tiongkok.


Bamsoet Dukung FKPPI Produksi Film Anak Kolong

17 jam lalu

Bamsoet Dukung FKPPI Produksi Film Anak Kolong

Bambang Soesatyo mengungkapkan, keluarga besar FKPPI akan segera memproduksi atau syuting film "Anak Kolong".


150 Pelajar di Kabupaten Sukabumi Mendapatkan Beasiswa

17 jam lalu

150 Pelajar di Kabupaten Sukabumi Mendapatkan Beasiswa

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukabumi memberikan beasiswa kepada 150 pelajar terbaik dari berbagai daerah di wilayahnya.


Suplai Gas yang Merata Dukung Ketersediaan Pupuk Nasional

18 jam lalu

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Bambang Haryadi saat memimpin pertemuan dengan PT Pupuk Sriwijaya (Pusri) di Palembang, Selasa (17/4/2024). Foto: Agung/vel
Suplai Gas yang Merata Dukung Ketersediaan Pupuk Nasional

Bambang Haryadi, mengungkapkan upaya Komisi VII dalam mengatasi tantangan produksi pupuk di Indonesia.