TEMPO.CO, Jakarta - Dua kandidat memperebutkan kursi ketua umum di Muktamar IX Partai Persatuan Pembangunan yang berlangsung pada 18-19 Desember 2020. Mereka ialah Pelaksana Tugas Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen.
Kendati begitu, Suharso--yang juga Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional--disebut-sebut lebih unggul dan berpeluang menang secara aklamasi.
"Kalau melihat hasil Rapimwil (Rapat Pimpinan Wilayah) DPW-DPW banyak yang menyebut nama Pak Suharso bahkan minta aklamasi," kata Sekretaris Panitia Pelaksana Muktamar PPP Achmad Baidowi kepada Tempo, Jumat, 18 Desember 2020.
Unggulnya Suharso sebagai calon Ketua Umum PPP ditengarai tak terlepas dari status sebagai menteri di kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi). Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan posisi Suharso sebagai Kepala Bappenas menguntungkan sebagai modal pencalonan ketua umum partai.
Plt Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa saat hadir pada Mukernas PPP di Cisarua, Bogor, Jawa Barat, Rabu 20 Maret 2019. Suharso Monoarfa menjadi Pelaksana Tugas Ketua Umum PPP menggantikan Romahurmuziy yang telah dipecat karena tersangkut kasus korupsi. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Suharso, kata Adi, menempati pos yang strategis dan menjadi salah satu menteri yang cukup diandalkan Presiden Jokowi. "Suharso punya nilai tambah karena dia saat ini bagian dari Istana," kata Adi kepada Tempo, Jumat, 18 Desember 2020.
Adi mengatakan pertarungan Suharso dan Taj Yasin adalah persaingan karisma struktural dan kultural. Suharso memiliki keistimewaan sebagai Pelaksana tugas Ketua Umum PPP untuk melakukan penetrasi ke pengurus dari pusat sampai daerah.
Di sisi lain, kata Adi, Taj Yasin memiliki modal kultural dari Maimoen Zubair (almarhum), ulama Nahdlatul Ulama sekaligus salah satu pendiri PPP. "Pertarungannya apakah karisma struktural versus kultural ini punya magnet untuk meyakinkan pemilik suara," kata Adi.