Peningkatan kualitas tenaga kerja sejatinya dapat membangun kekuatan ekonomi di masa yang akan datang. Hal ini menjadi komitmen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan terutama dengan revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan pendidikan vokasi. Revitalisasi ini bertujuan untuk mendorong peningkatan kerjasama sekolah dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).
Menurut Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, Askolani mengatakan mulai 2019 Pemerintah sudah fokus revitalisasi pendidikan vokasi agar relevan dengan kebutuhan industri yang menjadi motor penggerak ekonomi.
Revitalisasi SMK dan pendidikan vokasi ini akan sangat berdampak pada kekuatan ekonomi negara karena dinilai dapat menghasilkan angkatan kerja yang bermutu dan dibutuhkan oleh dunia usaha dan dunia industri (DUDI).
Pendidikan vokasi harus berdampak ekonomi, karenanya harus mendukung Dunia Usaha/Dunia Industri (DUDI). Pendidikan vokasi sebagai salah satu penghasil angkatan kerja perlu mengambil peran pemberi nilai tambah berupa lulusan yang relevan dan bermutu. Pendidikan vokasi dikatakan selaras dengan DUDI apabila dapat menghasilkan lulusan yang relevan dan dengan skill/kompetensi yang dibutuhkan DUDI.
Dengan adanya peningkatan kualitas tenaga kerja yang dihasilkan lulusan pendidikan vokasi, secara tidak langsung para lulusan vokasi telah berkontribusi dalam pembangunan. Salah satu indikator dari kontribusi lulusan pendidikan vokasi adalah penghasilan. Kebekerjaan dan kesejahteraan lulusan adalah ukuran yang sederhana dari dampak ekonomi yang dihasilkan pendidikan vokasi.
Dilansir dari laman resmi Kemendikbud, menurut Ketua Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia Sigit Pranowo mengatakan revitalisasi tenaga pendidik juga harus menjadi prioritas. Sebab, tenaga pendidik vokasi saat ini umumnya adalah lulusan sarjana dan magister pendidikan akademik bukan pendidikan vokasi atau magister terapan. Menurutnya, kondisi ini akan berpengaruh pada cara mengajar dan mengevaluasi kompetensi siswa.
“Bahkan asesor akreditasi pendidikan vokasi yang berlatar belakang akademik sering kali tidak nyambung”, ungkap Sigit.
Dalam Lokakarya dengan Kepala SMK Seluruh Indonesia pada 27 Juni 2020 lalu, Mendikbud Nadiem Makarim juga mengatakan kepala sekolah harus seperti CEO perusahaan. Kepala sekolah harus bisa mengelola sekolahnya dalam mencari dan mengembangkan peluang kerja sama dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Selain itu, guru-guru dan instruktur harus mau berlatih dan meningkatkan kompetensi agar terus relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia usaha dan dunia industri.