INFO NASIONAL – Nilai transaksi yang tercatat selama Trade Expo Indonesia (TEI) ke-35 pada 10 November-10 Desember 2020 mencapai 1,2 miliar dolar AS . Jumlah ini melampaui nilai transaksi yang ditargetkan sebesar 1 miliar dolar AS.
“Selama berjalannya TEI kali ini, masih terdapat beberapa tantangan yang dihadapi, baik dari sisi exhibitor, buyers, maupun pihak penyelenggara. Namun, hal ini tidak mematahkan semangat kita semua untuk terus meningkatkan ekspor di masa pandemi saat ini,” ujar Menteri Perdagangan Agus Suparmanto dalam konferensi pers di Auditorium Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jakarta, Jumat, 11 Desember 2020.
Baca Juga:
Pameran dagang virtual ini diselenggarakan sebagai bagian dari strategi peningkatan ekspor, sebagaimana strategi lainnya yaitu upaya penyelesaian hambatan, finalisasi perjanjian perdagangan internasional, sekaligus penguatan business matching Indonesia di pasar global, terutama di masa pandemi Covid-19. TEI ke-35 Virtual Exhibition 2020 diikuti oleh 690 exhibitors dan 7.459 buyers, mencakup 3.352 buyers dari 127 negara mitra dagang dan 4.107 buyers lokal.
Transaksi pembelian terbesar pada TEI ke-35 dilakukan oleh Republik Rakyat Tiongkok (RRT) sebesar 505 juta dolar AS. RRT melakukan pembelian produk turunan kelapa sawit, makanan dan minuman, rempah-rempah dan sarang burung walet. Urutan transaksi besar selanjutnya diikuti oleh Jepang, Mesir, Australia, dan Malaysia.
Transaksi barang dan jasa pada TEI ke-35 mencapai nilai 1,1 miliar dolar AS sedangkan transaksi investasi tercatat 110 juta dolar AS. “Hal lain yang perlu dicatat adalah terjadinya transaksi sektor perdagangan jasa sebesar 27,22 juta dolar AS, yang meliputi skill migrant worker sebesar26 juta dolar AS ke Australia dan Pakistan, construction service sebesar 975 ribu dolar AS ke Brazil dan computer programming sebesar 240 ribu dolar AS ke Qatar,” katanya.
Baca Juga:
Produk non-migas terbesar yang berhasil diekspor selama TEI ke-35 adalah minyak kelapa sawit, sebesar 362,95 juta dolar AS atau 33,23 persen dari total transaksi. Produk lainnya yang diminati importir adalah kertas dan produk kertas,makanan minuman dalam kemasan, kopi, kendaraan dan suku cadangnya serta beberapa produk unggulan lainnya.
Agus mengatakan bahwa di 2021, TEI ke-36 akan fokus pada penguatan produk yang sustainable, ramah lingkungan dan memiliki nilai tambah. Produk-produk ekspor diharapkan dapat dikembangkan secara berkelanjutan, tidak merusak keseimbangan lingkungan serta dapat diolah tidak hanya sebagai bahan baku, namun dapat diekspor dalam bentuk produk turunan.
Pada acara konferensi pers ini, Mendag juga menyampaikan tentang perkembangan persetujuan kemitraan ekonomi menyeluruh ASEAN dengan Jepang (AJ-CEP) dan pengesahan kerjasama preferensial Indonesia dengan Mozambik (IM-PTA).
“Penyelesaian kedua perjanjian ini bertujuan untuk menjaga ekspor ke pasar tradisional sekaligus meningkatkan ekspor ke negara non-tradisional. Hal ini dapat memacu pemulihan ekonomi, khususnya di masa pandemi,” kata Menteri Agus.
Mendag mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung upaya peningkatan ekonomi melalui sektor perdagangan. Walaupun pandemi Covid-19 masih melanda dan resesi ekonomi terjadi hampir di seluruh dunia, Mendag berharap semua kerjasama yang terjalin dapat semakin ditingkatkan.
“Perlahan tapi pasti, kita dapat melalui masa sulit pandemi ini dan mendapatkan hasil yang lebih baik di masa depan untuk peningkatan ekspor non-migas dan keseimbangan neraca perdagangan Indonesia,”ujar Agus Suparmanto.(*)