TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Miftachul Akhyar menyampaikan sejumlah taklimat atau arahan terkait insiden penembakan pendukung Front Pembela Islam (FPI) di jalan tol Jagorawi KM 50.
Dalam salah satu poin taklimatnya, Miftachul meminta aparat penegak hukum membuka secara transparan dan sebenar-benarnya informasi terkait peristiwa antara laskar FPI pengawal Rizieq Shihab dan polisi.
"Mendorong semua pihak agar mengedepankan proses hukum secara konsisten dan konsekuen," kata Miftachul dalam keterangannya, Rabu, 9 Desember 2020.
Miftachul Akhyar juga mendorong semua pihak agar dalam menyelesaikan suatu masalah dilakukan dengan mencari akar masalahnya, serta mengedepankan musyawarah, silaturahim, dan saling komunikasi yang baik. "Sehingga peristiwa semacam itu tidak terjadi lagi di Indonesia," ujarnya.
Terkait peristiwa tersebut, Miftachul meminta masyarakat tetap tenang dan terus melakukan tabayun terhadap semua informasi, serta tidak mengeluarkan pernyataan yang dapat memperkeruh keadaan. Ia juga meminta semua pihak menghindarkan diri dari segala bentuk kekerasan, intimidasi, dan saling curiga dalam menyelesaikan masalah.
Terakhir, Miftachul menyampaikan duka cita kepada keluarga korban. "Semoga Allah SWT menerima amal ibadahnya dan keluarga korban diberikan kesabaran dan ketabahan menghadapi musibah tersebut," kata dia.
Enam laskar FPI yang mengawal Rizieq Shihab tewas ditembak polisi di Jalan Tol Cikampek Kilometer 50 pada Senin dini hari, 7 Desember 2020 sekitar pukul 00.30. Menurut polisi, hal itu dilakukan karena laskar menyerang petugas menggunakan senjata api dan senjata tajam.
Sekretaris Umum FPI Munarman membantah klaim polisi soal laskar pengawal Rizieq memiliki dan membawa senjata api. Menurut Munarman, setiap anggota FPI dilarang membawa senjata api, senjata tajam, bahan peledak, serta terbiasa dengan 'tangan kosong'. Dia menilai polisi telah memutarbalikkan fakta mengenai senjata ini.