TEMPO.CO, Jakarta -Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan bahwa libur panjang menjadi salah satu penyebab melonjaknya angka kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia yang terjadi belakangan. Menurut dia, dari tiga libur panjang yang ada di masa pandemi, semuanya berdampak pada kenaikan kasus.
Ada tiga libur panjang yang sudah dijalani, yakni Libur Hari Raya Idul Fitri, Libur Hari Raya Kemerdekaan RI, dan libur panjang 28 Oktober 2020 hingga 1 November 2020 lalu. "Semua itu menimbulkan kenaikan kasus pada 10-14 hari kemudian dan bisa bertahan 1-2 minggu selanjutnya. Naiknya bisa 50 sampai lebih dari 100 persen. Selalu polanya seperti itu dan semakin sini naiknya semakin gila," kata Wiku Adisasmito dalam konferensi pers, Jumat, 4 Desember 2020.
Per Kamis, 3 Desember 2020, penambahan kasus Covid-19 di Indonesia mencatatkan rekor baru, yakni menembus angka di atas 8 ribu kasus. Wiku mengatakan ada dua faktor pendorong yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama karena angka penularan yang masih tinggi, dan kedua masih adanya sinkronisasi data antara daerah dengan pusat. "Ada beberapa daerah yang kesulitan memasukan data sehingga terakumulasi, salah satunya Papua," kata Wiku.
Sebagai contoh, perbedaan data terdapat di beberapa provinsi, seperti di Papua. Papua per kemarin melaporkan kasus terkonfirmasi positif sebanyak 1.755 kasus. Jumlah itu merupakan akumulasi penambahan kasus positif sejak tanggal 19 November hingga 3 Desember 2020.
Terlepas dari sinkronisasi itu, Wiku menegaskan angka penularannya tetap tinggi. Hal ini menunjukan protokol kesehatan sudah mulai longgar diterapkan di masyarakat. "Efektifitas sosialisasi terbatas, belum melekat sepenuhnya. Tanggung jawab pribadi sangat kurang. Ada yang punya tanggung jawab, sampai mengingatkan orang lain juga untuk protokol kesehatan. Tapi kurang banyak yang seperti itu," kata Wiku.