TEMPO.CO, Jakarta - Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam, mengatakan pihaknya akan menurunkan tim untuk mengusut insiden kekerasan yang terjadi di Desa Lembantongoa, Sigi, Sulawesi Tengah pada Jumat, 27 November 2020.
Tim akan dipimpin langsung oleh Kepala Kantor Komnas HAM Perwakilan Sulteng, Dedi Askar. "Tim ini akan melihat langsung apa yang terjadi. Kami telah mengumpulkan berbagai informasi lapangan dan beberapa informasi penting lainnya," ujar Anam saat dihubungi Tempo pada Ahad, 29 November 2020.
Komnas menduga pelaku kekerasan ini adalah kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT). "Namun, ini masih akan kami dalami. Termasuk mendalami bagaimana efektivitas Operasi Tinombala," ujar dia.
Empat orang dalam satu keluarga tewas dibunuh. Enam rumah warga dan satu rumah tempat pelayanan umat juga dibakar di Desa Lembantongoa pada Jumat nahas itu.
Menkopolhukam Mahfud Md memastikan pelaku dibalik aksi kekerasan itu adalah kelompok MIT. "Memang pelakunya adalah kelompok MIT. Ini adalah sisa-sisa kelompok Santoso yang tersisa beberapa orang lagi. Pemerintah akan melakukan tindakan tegas dan memburu pelaku melaui Satgas Operasi Tinombala," ujar Mahfud dalam keterangannya, Ahad, 29 November 2020.
Operasi Tinombala telah berlangsung sejak 2016 untuk memburu sisa daftar pencarian orang (DPO) anggota MIT di Poso, yang kini tercatat 11 orang di bawah pimpinan Ali Kora. Adapun Ali Kalora adalah petinggi yang tersisa dari kelompok militan Islam yang berbasis di Poso, semenjak Santoso alias Abu Wardah tewas dalam penyergapan aparat keamanan pada 2016 lalu. Ali Kalora tak pernah tersentuh aparat sejak Santoso tewas.
Selama 2020, masa Operasi Tinombala tercatat telah empat kali diperpanjang. Pada tahap pertama, operasi dilaksanakan sejak 1 Januari hingga 31 Maret 2020. Kemudian diperpanjang pada 31 Maret hingga 28 Juni 2020. Lalu diperpanjang lagi pada 29 Juni hingga 30 September 2020. Kemudian diperpanjang lagi, terhitung sejak Oktober sampai dengan 31 Desember 2020.
Koordinator Kontras, Fatia Maulidiyanti, mengatakan, kembali jatuhnya korban sipil membuat Operasi Tinombala kembali dipertanyakan. "Di luar kasus yang terjadi pun, Operasi Tinombala memang harus dievaluasi," ujar Fatia saat dihubungi terpisah.
DEWI NURITA