TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, menyebut masyarakat tidak perlu kaget dengan penambahan kasus Covid-19 yang terus menembus rekor baru, bahkan hingga mendekati 6.000 kasus dalam sehari. Data hingga 27 November kemarin, terdapat penambahan 5.828 kasus baru Covid-19 dalam sehari. Sehingga, jumlah kasus Covid-19 di Indonesia kini mencapai 522.581 orang.
"Jangan kaget tembus segitu, harusnya dari dulu kita deteksi itu," ujar Dicky saat dihubungi Tempo pada Sabtu, 28 November 2020.
Dicky mengatakan angka-angka ini menunjukkan kurva Covid-19 di Indonesia belum terkendali, upaya melandaikan kurva belum berhasil dan kasus positif di masyarakat masih banyak yang belum terdeteksi.
Hal tersebut, lanjut Dicky, terlihat dari case positivity rate di Indonesia yang selalu di atas 10 persen. Case positivity rate adalah perbandingan antara jumlah kasus positif Covid-19 dengan jumlah tes yang dilakukan. WHO menetapkan standar case positivity rate sebesar 5 persen.
"Artinya kecepatan kita melakukan testing dan tracing ini masih jauh tertinggal dibanding kecepatan penyebaran virus," ujar dia.
Jika melihat dengan permodelan estimasi epidemiologi, kata Dicky, estimasi kasus terendah di Indonesia sudah mencapai 10 ribu per hari. Namun sayangnya, kata Dicky, kemampuan testing di Indonesia masih kurang dari setengahnya.
"Jadi, jangan kan 6.000. Penambahan 10 ribu kasus saja belum menggambarkan kasus sebenarnya. Sebab ini kan masih estimasi terendah," ujar Dicky.
Ia memprediksi, agenda Pilkada 2020 dan libur akhir tahun ini akan menyebabkan kurva Covid-19 terus meningkat tinggi dan berlangsung dalam waktu yang lama.
"Ini akan memperberat layanan kesehatan dan angka kematian akan tinggi. Jadi kalau agenda-agenda itu tidak bisa lagi ditunda, ya, setidaknya lakukan upaya minimalisir dampaknya dengan tingkatkan testing menjadi 100 ribu per hari," ujar Dicky.
DEWI NURITA