TEMPO.CO, Jakarta -Debat pertama Pilkada Surabaya di Hotel JW Mariot bertema Strategi Penanganan Covid-19 dan Strategi Penyelesaian Persoalan Daerah berlangsung sengit, Rabu, 4 November 2020. Hangatnya suasana debat mulai terasa sejak sesi awal, yakni ketika penyampaian visi dan misi.
Pasangan Eri Cahyadi –Armuji yang diusung PDI Perjuangan, menyatakan bakal meneruskan prestasi Wali Kota Tri Rismaharini yang membawa Surabaya diakui dunia. “Kami akan membangun birokrasi terbaik, melanjutkan keberhasilan yang telah dicapai Ibu Risma, dan mentransformasikan Kota Surabaya menjadi lebih baik lagi,” ujar Eri Cahyadi yang juga mantan kepala badan perencanaan pembangunan kota itu.
Eri juga menjanjikan bakal menggunakan anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk menggerakkan ekonomi serta menggairahkan iklim investasi. Di sisi lain, kualitas sumber daya manusia warga kota akan ditingkatkan lebih baik lagi.
Adapun pasangan Machfud Arifin-Mujiaman yang diusung delapan koalisi partai politik mengatakan bahwa sudah waktunya Surabaya naik kelas. Sebab, menurut Machfud, kendati banyak yang mengatakan Surabaya bagus selama sepuluh tahun terakhir, namun kesenjangan sosial ekonomi makin lebar. Taman terbuka hijau, kata Machfud, memang banyak dibangun. “Namun tak semua warga mampu menikmati,” ujarnya.
Mantan Kapolda Jawa Timur itu juga menyoroti rumah tak layak huni yang dinilai masih banyak. Perhatian wali kota terdahulu terhadap pasar, terutama pasar tradisional, menurut Machfud, juga sangat minim. Akibatnya banyak pasar tradisional yang kondisinya memprihatinkan. “Bahkan selama sepuluh tahun, Pasar Turi dibiarkan jadi pasar turu (tidur),” ujarnya.
Masalah penanganan Covid-19 oleh Pemerintah Kota Surabaya juga disoroti Machfud. Ia menilai penanganan Covid-19 oleh Risma tak terintegrasi sejak awal. Sehingga korban kasus Covid-19 di Surabaya mencapai 1.160 orang dan masuk zona hitam. “Di tingkat RT juga tak terkoordinasi dengan baik, sehingga ada RT yang sampai nombok Rp 30 juta untuk biaya menangani Covid,” kata Machfud.
Menanggapi Machfud, Eri tak memungkiri bahwa berdasarkan data Satgas Covid-19 terdapat 16 ribu terkonfirmasi positif dan 1.071 di antaranya meninggal dunia. Namun ia menyangkal bahwa penanganan Covid-19 di Surabaya tak terintegrasi.
Buktinya angka kesembuhan mencapai 15 ribu pasien dan terus meningkat. “Saat ini 95 kelurahan sudah dinyatakan zona hijau (nol kasus), berkat pembentukan kampung tangguh di mana-mana. Ini bukti bahwa kami menangani secara terintegrasi,” kata Eri.