TEMPO.CO, Jakarta - Survei Indonesia Political Opinion (IPO) menyebut, kepuasan publik atas kinerja Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin menurun.
"Persepsi kepuasan pada Presiden dan Wapres terjadi penurunan dibanding periode survei 8-20 Juni 2020," kata Direktur Eksekutif IPO Dedi Kurnia Syah dikutip dari dokumen rilis hasil survei, Kamis, 29 Oktober 2020.
Dedi mengatakan tingkat kepuasan terhadap Jokowi menurun dari 63 persen menjadi 49 persen, sedangkan kepuasan terhadap Ma'ruf turun dari 39 persen menjadi 33 persen.
Mayoritas responden menyatakan tak puas atas kinerja pemerintah di bidang ekonomi. Ada 51 persen responden yang menilai kondisi ekonomi nasional buruk dan 6 persen yang berpendapat sangat buruk. Adapun yang menyatakan kondisi ekonomi baik dan sangat baik sebanyak 43 persen.
Data ini dipengaruhi beberapa aspek, di antaranya persepsi mahalnya harga bahan pokok (58 persen), sulitnya mencari pekerjaan (44 persen), sulitnya melakukan transaksi perdagangan/jual beli (38 persen), dan lain-lain (34 persen).
Dari sektor hukum, sebanyak 64 persen responden menyatakan penegakan hukum di Indonesia buruk dan sangat buruk. Yang menyatakan sebaliknya sebanyak 36 persen saja.
Beberapa faktor yang mempengaruhi di antaranya pemberantasan korupsi (62 persen), independensi penegak hukum (56 persen), kebebasan berpendapat (52 persen), kualitas kebijakan (48 persen), dan lain-lain (36 persen).
Sebanyak 61 persen menyatakan kondisi politik dan keamanan saat ini buruk. Hal ini dipengaruhi oleh aspek kebebasan berbeda pendapat (49 persen), kriminalitas (45 persen), perasaan aman (41 persen), ketertiban umum (36 persen), dan lainnya (31 persen).
Adapun dari sektor sosial dan humaniora, persepsi publik seimbang. Sebanyak 50 persen menganggap kondisi sosial dan humaniora baik dan 50 persen sisanya menilai kondisinya buruk.
Aspek-aspek yang mempengaruhi persepsi ini adalah pengelolaan toleransi (51 persen), konflik sosial (46 persen), kesejahteraan (45 persen), keadilan (38 persen), dan lainnya (27 persen).
Sigi ini digelar pada 12-23 Oktober 2020 terhadap 170 orang pemuka pendapat (opinion leader) yang berasal dari peneliti universitas, lembaga penelitian mandiri, dan asosiasi ilmuwan sosial/perguruan tinggi, serta terhadap 1.200 responden yang berasal dari massa pemilih nasional di seluruh Indonesia. IPO mengklaim margin of error survei sebesar 2,9 persen.