TEMPO.CO, Jakarta - Hasil sigi Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia menunjukan elektabilitas Partai Gerindra terus mencatat kenaikan paling tinggi dibandingkan partai-partai lain. Diduga, penyebab kenaikan signifikan ini disebabkan permainan dua kartu yang dilakukan Gerindra.
"Saya menduga elektabilitas Gerindra naik karena mampu memainkan dua kartu ini, satu bagian dari pemerintah mendapatkan intensif, tapi di sisi lain masih menjaga figur kritis yang merawat Gerindra lama, misalnya seperti Fadli Zon, Andre Rosiade masih kencang kalau pemerintah nggak ada bedanya," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, dalam hasil survei terbaru bertajuk 'Politik, Demokrasi, dan Pilkada di Era Pandemi', Ahad, 25 Oktober 2020.
Dibandingkan survei terakhir Indikator pada Juli lalu, elektabilitas partai besutan Prabowo Subianto itu naik dari 17,7 persen menjadi 21,1 persen. Begitu pula dengan PKS dari 4,4 persen naik menjadi 5,9 persen. Sementara PDIP dari 26,3 persen turun menjadi 25,2 persen; lalu Golkar dari 8,3 persen turun menjadi 6,7 persen; dan NasDem dari 4,5 turun menjadi 3,1 persen.
"Elektabilitas Partai Gerindra naik kencang, PDIP stagnan, Demokrat dan PKS juga naik, paling tinggi Gerindra," ujar Burhanuddin.
Selain partai-partai tersebut di atas, elektabilitas partai lain seperti PKB juga turun dari 5,0 persen menjadi 4,1 persen. PPP dari 1,7 persen turun menjadi 0,6 persen. PAN dari 2 persen turun menjadi 1,1 persen. Demokrat dari 5,7 persen naik menjadi 5,9 persen. PSI dari 0,1 persen naik menjadi 0,3 persen. Lalu Perindo dari 0,3 persen naik menjadi 1 persen, Garuda dari 0,0 persen naik menjadi 0,1 persen, Berkarya dari 0,1 persen naik menjadi 0,8 persen dan Hanura dari 0,5 persen turun menjadi 0,4 persen.
Survei Indikator dilakukan pada 24 September hingga 30 September 2020 dengan menggunakan panggilan telepon karena pandemi Covid-19. Metode yang digunakan adalah simple random sampling dengan 1.200 responden yang dipilih secara acak berdasarkan data survei tatap muka langsung sebelumnya pada rentang Maret 2018 hingga Maret 2020.
Adapun margin of error sekitar 12.9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Sampel berasal dari seluruh provinsi di Indonesia yang terdistribusi secara proporsional.