TEMPO.CO, Jakarta - Kantor Staf Presiden (KSP) merilis Laporan Tahunan 2020 dalam rangka peringatan satu tahun pemerintahan Joko Widodo - Ma'ruf Amin (Jokowi-Ma'ruf) yang jatuh tepat pada 20 Oktober 2020. Salah satu isi laporan itu menyebutkan, pemerintah cepat dan sigap mengantisipasi pandemi Covid-19.
"Indonesia langsung mengantisipasi kemungkinan terburuk. Kampanye protokol kesehatan mulai digiatkan; memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak. Di saat bersamaan pemerintah menyiapkan ketersediaan alat tes dan melakukan pelacakan. Sekaligus memastikan ketersediaan rumah sakit dan kesiapan tenaga medis," demikian bunyi laporan penuh gambar, yang dikeluarkan Kepala Staf Kepresidenan Republik Indonesia Jenderal TNI (Purn) Moeldoko, Selasa, 20 Oktober 2020.
Selan itu, lanjut laporan tersebut, pandemi menuntut pemerintah bekerja cepat juga berakrobat dalam situasi darurat. Aneka beleid diterbitkan sebagai payung hukum. Anggaran dihitung ulang menyesuaikan kondisi pandemi.
"Ibarat kendaraan melaju kencang dalam situasi darurat maka gas dan rem harus berjalan proporsional. Keselamatan dan kesehatan menjadi prioritas utama, berbarengan dengan pemulihan ekonomi".
Data terakhir hingga 19 Oktober, jumlah kasus Covid-19 di Indonesia terus bertambah hingga mencapai 365.240 kasus terhitung sejak diumumkannya kasus pertama pada 2 Maret 2020. Dengan total pasien sembuh 289.243 orang dan pasien meninggal 12.617 orang.
Seiring terus bertambahnya kasus Covid-19 di Indonesia, kritik datang dari sejumlah epidemiolog. Pemerintah telat melakukan kampanye publik Gerakan 3M (Memakai Masker, Mencuci Tangan dan Menjaga Jarak) yang baru diadakan setelah pandemi berlalu selama enam bulan. Sementara itu, kasus aktif terus melonjak.
Pakar pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Pandu Riono menilai, pemerintah sejak awal tidak melakukan komunikasi risiko yang baik kepada publik dan menganggap Covid-19 hanya urusan pemerintah. Padahal, kata dia, perubahan perilaku masyarakat adalah kunci menekan jumlah kasus.
"Kita selama ini tidak punya rencana jangka panjang. Tidak punya plan. Tidak punya target, termasuk dalam mengubah perilaku masyarakat. Narasinya adalah mengandalkan vaksin sebagai solusi ajaib. Gimana kok vaksin menyelesaikan masalah? Orang belum ada," ujar Pandu dalam sebuah acara diskusi dari, akhir September lalu.