INFO NASIONAL - Roda pariwisata di Indonesia mulai berputar setelah merugi triliunan rupiah akibat pandemi Covid-19. Beberapa tempat wisata dibuka kembali dan mulai banyak wisatawan yang melakukan perjalanan, baik di dalam maupun luar kota. Namun, berwisata di tengah pandemi tentu berbeda dari biasanya, ada protokol kesehatan yang yang wajib dipatuhi guna mencegah penularan corona.
Di lain sisi, pandemi membuka peluang baru dan mendorong bisnis tur virtual tumbuh. Dengan mengadopsi teknologi para pelaku industri pariwisata memanfaatkan kesempatan untuk melayani para pelancong. Hal ini turut menjadi sorotan dalam Ngobrol Tempo yang disiarkan melalui YouTube Tempodotco, Kamis, 15 Oktober 2020. Acara yang dipandu Redaktur Tempo Ali Nur Yasin ini dihadiri fotografer bawah air Muljadi Pinneng, pakar epidemiologi sekaligus Direktur Ahlina Institute Tifauzia Tyassuma dan pendiri Outing.id Irwan Thamri.
Baca Juga:
Sebagai fotografer dan penggemar olahraga menyelam, Muljadi Pinneng turut merasakan kerinduan menjelajah lokasi wisata. Beberapa tempat pun mulai disambangi untuk menyalurkan hobi, di antaranya Labuan Bajo, Bali, Taman Nasional Komodo dan beberapa lokasi lainnya. Ia optimis dan meyakini melancong selama pandemi tetap aman dengan memenuhi syarat tertentu.
“Kegiatan diving ini justru punya keunggulan karena yang melancong hanya dalam kelompok kecil dan tetap menerapkan protokol kesehatan. Sebelum berangkat dan saat pulang wajib tes PCR demi keamanan bersama,” ujarnya. Selama plesiran, Pinneng juga melihat kesiapan dari para pelaku industri pariwisata, baik penyedia jasa perjalanan maupun akomodasi.
Menariknya, masyarakat kini bisa tetap berwisata meski di rumah saja. Wisata virtual menjadi pilihan unik dan aman dari risiko penularan Covid-19. Tur virtual ramai diadakan biro perjalanan wisata ataupun komunitas selama masa pandemi. Pendiri Outing.id Irwan Thamri menyatakan, tur virtual ditawarkan untuk menyiasati agar roda bisnis tetap berjalan. “Pariwisata lesu karena aktivitas bepergian yang terbatas, tidak mungkin lagi menawarkan paket pariwisata yang mengakomodasi banyak orang,” katanya.
Baca Juga:
Irwan melanjutkan, target pasar tur virtual ini sangat besar. Mulai dari anak sekolah yang mengikuti karyawisata secara virtual, segmen korporasi, hingga warga negara Indonesia di luar negeri. Pengembangan tur virtual juga membuka peluang untuk menggandeng pramuwisata lokal dan UMKM setempat agar tetap bisa berpenghasilan di tengah pandemi. Meskipun demikian, menurutnya para pelaku industri wisata harus kreatif untuk membuat konten semenarik mungkin sebagai strategi pemasaran dan menghadapi persaingan.
Berbicara perihal pariwisata di tengah pandemi Covid-19, Tifauzia Tyassuma mengapresiasi konsep interaktif yang diangkat melalui tur virtual tanpa menghilangkan sensasi yang didapat ketika berwisata secara langsung. Cara ini terbilang efektif untuk mengobati kerinduan berwisata dan melepas stres.
Bagi masyarakat yang ingin melakukan perjalanan secara langsung tentu harus benar-benar memperhatikan aspek keamanan dan protokol kesehatan. Alasannya, kata dia, Indonesia sudah mengalami tiga tahapan epidemiologi. Pada Maret-Mei merupakan tahap transmisi global, Juni-Agustus tahap transmisi lokal dan September-sekarang sudah memasuki tahap transmisi individu.
“Sekarang kuncinya bagaimana agar wisatawan itu merasa aman. Tentu harus disiplin menerapkan 3M, yaitu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak,” katanya.
Tifauzia juga menyarankan kepada masyarakat untuk melakukan aktivitas perjalanan wisata yang minim risiko. Misalnya, solo traveling, sport tourism, agrowisata, wisata edukasi, wisata religi dan berbagai kegiatan luar ruang lainnya dengan sirkulasi udara yang baik.(*)