TEMPO.CO, Jakarta - Perasaan Dedik Priyanto campur aduk begitu mengetahui bibinya yang sempat hilang 20 tahun lalu tiba-tiba muncul kembali. Apalagi ketika ia tahu bibinya ini menjadi korban perdagangan orang.
"Apa yang kau pikirkan ketika salah satu keluargamu yang hilang 20 tahunan lalu akhirnya kembali? Malam ini aku mengalaminya. Bibiku pulang setelah hilang lama. Pakai nama baru, KTP baru dari Lombok. Yang sedih: ia ngaku dijual orang. Bulekku korban human trafficking," cuitnya lewat akun Twitter @DedikPriyanto, Selasa, 13 Oktober 2020.
Saat dihubungi, Dedik mengatakan, adik dari ibunya itu tiba-tiba menghilang 20 tahun lalu. Ia meninggalkan suami dan seorang anak yang masih berusia 1 tahun. Pihak keluarga sudah menempuh berbagai cara untuk menemukan Suparti (bukan nama sebenarnya), mulai dari melapor ke polisi hingga menggunakan jasa 'orang pintar'. Tak kunjung menemukan hasil, pihak keluarga akhirnya menganggapnya meninggal dunia.
Managing Director Islami.co ini menuturkan Suparti tiba-tiba muncul di rumah peninggalan kakeknya di sebuah desa di Bojonegoro, Jawa Timur, semalam. Kepada keluarga, bibinya mengaku disekap di sebuah rumah di daerah Lombok. "Dia keluar dengan cara mencongkel, entah jendela atau apa, dan ada beberapa temannya yang membantu ngasih duit hingga akhirnya dia bisa pulang," kata Dedik pada Tempo, Rabu, 14 Oktober 2020.
Dedik berujar, Suparti menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) miliknya keluaran daerah Nusa Tenggara Barat dengan identitas yang berbeda. Dalam KTP tersebut Suparti menggunakan nama keponakannya dan beralamat di Desa Pringgasela Selatan, Kecamatan Pringgasela, Lombok Timur, NTB.
"Ketika ditanya kenapa pakai nama itu, dia enggak ingat. Dia cuma ingat nama itu. Tentu harus diverifikasi. Semua asalnya Lombok padahal dia asli Jawa Timur, enggak pernah ke mana-mana. Ketika ditanya, dia cerita katanya dia dijual," tuturnya.
Dedik mencoba menghubungi koleganya yang aktif di Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Lakpesdam-PBNU). Dari temannya itu, ia mendapat informasi jika banyak kasus dugaan perdagangan manusia di Desa Pringgasela.
Penasaran dengan peristiwa yang menimpa bibinya itu, Dedik mencoba mencari nama yang tercantum di KTP di Internet. Hasilnya ia menemukan satu akun Facebook dengan nama tersebut beserta wajah bibinya sebagai foto profil. Dalam akun tersebut tercatat jika Suparti pernah berada di Johor, Malaysia.
Kepada keluarga, Suparti membenarkan jika ia pernah berada di Johor, Malaysia namun tidak ingat berapa lama di sana. Kepada keluarga, ia mengaku sering berpindah tempat mengikuti bosnya. "Saya enggak tahu apakah dipaksa atau disuruh, dia cuma bilang 'mung melu bos' enggak boleh ke mana-mana'. Dan selama kerja katanya gak dibayar," kata Dedik menirukan cerita Suparti.
Dedik menjelaskan pihak keluarga belum berani bertanya detail tentang apa yang Suparti alami selama 20 tahun ini. Selain masih dalam kondisi yang belum tenang, Suparti tidak lagi bisa melihat kedua orang tua dan suaminya setelah lama terpisah. "Mbah kami sudah meninggal beberapa tahun lalu, suaminya juga sudah wafat, jadi tinggal ketemu dengan anaknya yang saat ditinggal masih usia 1 atau 2 tahun itu," katanya.