TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menilai kinerja TNI selama setahun ini sibuk pada isu panggung pencitraan.
"Menunjukkan seolah-olah bahwa TNI hadir sebagai jawaban banyak masalah. Ya, artinya sibuk menunjukkan sosok superhero ketimbang fokus pada hal yg masih menjadi pekerjaan rumah," kata Khairul kepada Tempo, Senin, 5 Oktober 2020.
Khairul mengatakan, poin positif dalam kinerja TNI hanya terkait pengelolaan RS Darurat Covid-19. Selebihnya, kata dia, ada banyak isu yang belum dijalankan dengan baik. Misalnya, isu Papua, alat utama sistem persenjataan (alutsista), dan kegiatan penegakan disiplin protokol kesehatan. "Saya kira itu bukan ukuran kinerja yang baik," ujarnya.
Dalam setahun terakhir, Khairul juga mencatat masih adanya isu terkait inflasi perwira TNI. Meskipun sudah ada pengembangan organisasi, Khairul mengatakan dampaknya justru banyak menambah jenderal-jenderal baru.
Selain itu, kata dia, TNI juga melibatkan diri di urusan ketahanan pangan dan beberapa isu yang semestinya menjadi domain sipil. "Banyak urusan yang kemudian tidak bisa dikatakan dijalankan dengan baik, justru hanya dijadikan panggung pencitraan," katanya.