TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Tim Pengembangan GeNose Universitas Gadjah Mada (UGM) Kuwat Triyono mengatakan penggunaan alat pendeteksi virus Corona atau Covid-19 yang dikembangkan timnya masih terhambat proses administrasi.
“Saya pribadi merasa terkunci, kami sudah siap untuk uji diagnostik atau uji yang terakhir ini, rumah sakit sudah siap, peralatan sudah siap, tapi kami terbentur persyaratan untuk uji diagnositik,” kata dia dalam diskusi Polemik Trijaya FM, Sabtu, 03 Oktober 2020.
GeNose adalah alat pendeteksi Covid-19 yang dikembangkan oleh UGM. Berbeda dengan tes Polymerase Chain Reaction, alat GeNose mendeteksi Corona melalui sampel hembusan napas pasien. Alat itu, mendeteksi volatile organic Compound yang terbentuk karena adanya infeksi virus yang keluar bersama napas seseorang.
Kuwat sepakat setiap alat kesehatan memang harus melalui pengujian yang ketat. Namun, menurutnya, dalam kondisi darurat seperti Pandemi Covid-19, seharusnya ada sejumlah persyaratan administratif yang bisa dipermudah. Terlebih, kata dia, GeNose adalah jenis alat yang tidak membutuhkan intervensi ke tubuh pasien. Cara kerja alat ini, pasien disuruh meniup plastik seperti balon, lalu sampel udara tersebut dianalisis oleh alat GeNose.
Kuwat berharap Kementerian Kesehatan dapat segera memberikan status rendah mengenai resiko penggunaan alat ini. Dengan demikian, kata dia, pihaknya dapat segera menentukan parameter yang harus diuji di fasilitas Kemenkes, hingga melakukan uji terakhir yakni diagnostik sebelum akhirnya bisa digunakan secara luas.
“Mudah-mudahan cara berpikir kita darurat, bukan situasi normal,” ujar dia.