TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Adib Khumaidi menjelaskan faktor yang menyebabkan banyak dokter residen alias calon dokter spesialis mengalami depresi dan kejenuhan kerja (burnout).
"Kalau dokter residen kan selalu berjaga di UGD, jadi yang menerima pasien pertama mereka. Potensi terpapar sangat tinggi," kata Adib saat dihubungi Tempo, Sabtu, 26 September 2020.
Temuan ini, kata Adib, berangkat dari survei terhadap 7.280 atau 54,54 persen dari 13.355 orang dokter residen. Survei pada 5 - 6 September 2020 ini menyasar 17 dari 18 Perguruan Tinggi Negeri dan 35 Program Studi spesialis. Hasilnya, 15 persen dokter residen mengaku depresi dan 25 persen burnout.
Survei menunjukkan tingkat depresi dan burnout paling tinggi terjadi pada dokter residen penyakit dalam, paru, dan anak. Hal ini diperparah dengan temuan bahwa jam kerja mereka meningkat cukup drastis selama masa pandemi. Belum lagi dokter residen adalah salah satu garda utama yang pertama kali menerima pasien Covid-19.
Hasil survei yang dilakukan oleh Tim Koordinator Residen ini telah dipaparkan kepada pemerintah pada awal pekan ini. Adib mengatakan dari pemerintah ada Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo dan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nizam. Adapun Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto yang juga diundang dalam paparan secara virtual itu, tak hadir.
Adib mengatakan survei ini sangat penting untuk menggambarkan kondisi psikologis dokter secara umum. Meski baru diterapkan pada dokter residen, namun setidaknya hal tersebut bisa mencerminkan situasi psikologis dokter saat ini.
"Ini kan tak tergambarkan kalau tak kita lakukan survei ini. Sehingga kita ada gambaran bahwa pendampingan psikologis itu penting," kata Adib.
Baik Doni maupun Nizam, kata Adib, menerima masukan dan saran ini dengan baik. Mereka berjanji akan memperbaiki dan mendukung dengan lebih baik kerja dari dokter residen.