TEMPO.CO, Surabaya-Acara Deklarasi Kampanye Damai Pilkada Surabaya di pelataran Hotel Singgasana berlangsung panas, Sabtu sore, 26 September 2020. Kedua pasangan calon saling melontarkan sindiran tajam saat sesi pidato. Calon wakil wali kota nomor urut 1, Armuji, yang datang tanpa calon wali kota Eri Cahyadi, berorasi berapi-api di atas mimbar.
Armuji berujar kemajuan kota Surabaya sangat pesat di bawah kepemimpinan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam sepuluh tahun terakhir ini. Armuji membandingkan keadaan Surabaya ketika dia pertama kali menjadi anggota DPRD pada 1999. “Sangat-sangat jauh bedanya, sekarang lebih maju di segala bidang. Semua mengakui itu, orang luar Surabaya pun mengakui,” katanya.
Tak hanya di dalam negeri,kata dia, bahkan di luar negeri pun kemajuan Surabaya diakui. Hal itu terbukti dengan dipilihnya Risma sebagai Presiden United Cities and Local Government Asia Pacific (UCLG ASPAC). Eri Cahyadi sebagai calon wali kota, kata Armuji, ialah mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota yang selama ini menjabarkan program-program Risma. “Jadi hanya Eri-Armuji calon yang direstui Risma, bukan yang lain,” ucapnya.
Usai berorasi, Armuji ikut bermain musik yang sengaja dipersiapkan untuk mendukung penampilan dia. Lirik-lirik lagu yang didendangkan menggelitik dan bernada sindiran. Calon wali kota nomor urut 2, Machfud Arifin, sempat beranjak meninggalkan kursinya saat Armuji dan kelompok musik jalanan itu bernyanyi.
Ketika diberi kesempatan berpidato, Machfud mengatakan tak ingin panjang lebar. Machfud hanya berujar bahwa jika terpilih bersama pasangannya, Mujiaman, ia akan meningkatkan kualitas hidup warga Surabaya. Menurut Machfud, saat ini masih banyak warga yang tinggal di kuburan serta buang air besar di sungai. “Kalau Ketua KPU (Surabaya) tidak percaya, ayo saya tunjukkan,” katanya.
Machfud juga menyinggung kondisi pasar-pasar tradisional yang, menurut dia, memprihatinkan. Dari tahun ke tahun, kata Machfud, kondisi pasar tradisional di Surabaya hanya begitu-begitu saja. “Pasar yang tidak layak dan tempat tinggal tak layak masih banyak di Surabaya ini,” katanya.
Usai meneken deklarasi damai, tak ada saling sapa antara Armuji dan Machfud. Keduanya meninggalkan lokasi acara tidak bersamaan. Rombongan Machfud baru beranjak setelah rombongan Armuji pergi.
Machfud kepada wartawan mengatakan bahwa mestinya kegiatan tersebut bukan ajang kampanye. Namun karena Armuji berkampanye, Machfud mengatakan ia hanya menanggapi saja. “Makanya kalau tadi dikatakan (oleh Armuji) bahwa Surabaya kota metropolis, metropolis apane (apanya),” ujar mantan Kapolda Jawa Timur itu.