TEMPO.CO, Jakarta - Polda Papua meminta kepada masyarakat, khususnya tokoh agama, untuk tidak beraktifitas di luar rumah, terutama pada malam hari. Hal ini setelah adanya penembakan terhadap pendeta.
"Mengingat intensitas kekerasan yang dilakukan oleh kelompok bersenjata beberapa hari ini meningkat. Kami berharap tidak ada korban lagi karena apa yang dilakukan oleh kelompok tersebut sudah tidak manusiawi," ucap Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Papua Komisaris Besar Ahmad Mushtofa Kamal saat dikonfirmasi pada Selasa, 22 September 2020.
Selain itu, TNI-Polri, kata Kamal, akan melakukan komunikasi dengan para tokoh agama untuk lebih berhati-hati dengan situasi yang saat ini terjadi.
Menurut laporan dari pimpinan GKII dan media Papua, pendeta Yeremia Zanambani diduga ditembak oleh pasukan TNI dalam suatu operasi militer pada Sabtu, 19 September lalu. Ketika itu, Yeremia hendak ke kandang babi miliknya. Akibat peristiwa ini, tujuh hingga delapan gereja lokal kini kosong karena semua jemaat ketakutan dan lari ke hutan.
Kepolisian pun membantah. Kamal menegaskan jika tak ada personel TNI-Polri di daerah tersebut. "Yang ada hanya pos persiapan Koramil Hitadipta disana. Isu yang beredar bahwa kasus penembakan yang mengakibatkan pendeta Yeremias Zanambani dilakukan oleh aparat TNI itu tidak benar," kata dia.
Kepolisian justru menuding bahwa saat ini kelompok bersenjata sedang mencari momen untuk menarik perhatian di Sidang Umum PBB pada akhir September ini.
Rangkaian kejadian beberapa hari ini adalah settingan KKB yang kemudian diputarbalikkan bahwa TNI melakukan penembakan kepada pendeta. "Harapan mereka, kejadian ini jadi bahan di Sidang Umum PBB," ucap Kamal.
Kamal pun menghimbau kepada masyarakat untuk tidak termakan dengan sebaran fitnah oleh kelompok bersenjata, khususnya melalui media sosial.
ANDITA RAHMA