TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Bandung, Ema Sumarna, menyampaikan angka okupansi atau hunian ruang isolasi bagi pasien Covid-19 di Kota Bandung mengalami peningkatan.
Saat ini, ia mencatat angka hunian tempat tidur di sejumlah rumah sakit yang menangani kasus Covid-19 di Bandung mencapai 45,87 persen dari yang sebelumnya terisi 30 persen pada 11 September 2020. "Kesehatan lebih berat lagi tugasnya karena sekarang di rumah sakit saja sudah ada penambahan. Jumlah (okupansi) fasilitas yang ada sudah mulai naik," kata Ema di Bandung, Senin kemarin.
Peningkatan jumlah okupansi tempat tidur isolasi Covid-19, menurut dia, bisa diartikan bahwa kasus Covid-19 di Kota Bandung memang sedang mengalami kenaikan. Hal itu, Ema menilai, disebabkan oleh masyarakat yang sudah mulai abai terhadap protokol kesehatan Covid-19.
Indikasinya bisa dilihat dari adanya kerumunan masyarakat, ataupun ada masyarakat yang sudah mulai tak gunakan masker. "Masih suka berkerumun, kadang tidak pakai masker, kalau cuci tangan kita sulit kontrolnya, sadar sendiri saja," kata Ema.
Dia meminta masyarakat untuk bisa sadar terhadap pentingnya protokol kesehatan dalam menekan kasus Covid-19. Sebab bila kasus tak terkendali maka fasilitas kesehatan akan lumpuh. "Kita juga jangan sampai kewalahan, jangan sampai terjadi
overcapacity pada ruang isolasi. Kalau itu terjadi, waduh saya nggak bisa membayangkan," ujar Ema.
Sebelumnya pada Jumat, 11 September 2020 Wali Kota Bandung Oded M Danial menyampaikan angka okupansi tempat tidur atau
ruang isolasi Covid-19 di rumah sakit rujukan Kota Bandung hanya 30 persen.
Menurut dia, angka itu menunjukkan ketersediaan tempat isolasi yang masih cukup. Dia merinci 30 persen tingkat hunian itu terdiri dari 138 tempat tidur yang terisi dari total 460 tempat tidur di 27
rumah sakit rujukan.