TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Pendeta Daniel Ronda mengatakan Pendeta Yeremia Zanambani diduga meninggal ditembak anggota TNI di Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua. GKII sebelumnya menyampaikan informasi ini melalui akun Facebook-nya, GKII Pusat.
"Kami mengonfirmasi bahwa berita di Facebook itu benar, kami tidak menarik lagi pernyataan itu," kata Daniel kepada Tempo, Senin, 21 September 2020.
Daniel mengatakan GKII mendapatkan informasi dari saksi mata di lapangan dan keterangan dari pimpinan GKII wilayah Papua. Yeremia Zanambani diduga ditembak oleh TNI pada Sabtu sore pekan lalu, 19 September 2020.
"Bahwa memang diduga oknum TNI melakukan penembakan. Kami mengkonfirmasi berdasarkan laporan di lapangan," kata Daniel.
Daniel bercerita, menurut informasi yang dihimpun GKII, Yeremia sedang menuju kandang babi miliknya yang berjarak sekitar 300 meter dari rumah pada Sabtu sore pekan lalu. Awalnya Yeremia pergi bersama istrinya, tetapi sang istri pulang lebih dulu ke rumah.
"Dia (Pendeta Yeremia) pergi, karena memang bagi orang Papua babi itu seperti emas, seperti deposito, seperti uang kita di bank, itu berharga. Istrinya ajak pulang tapi dia bilang mau tunggu sebentar karena ada urusan yang mau diselesaikan. Di situlah kejadian," kata Daniel.
Kala itu, Distrik Hitadipa memang sudah sepi lantaran adanya operasi TNI di sana. Menurut Daniel, TNI menggelar operasi karena sehari sebelumnya seorang aparat TNI dilaporkan ditembak dan senjatanya dirampas. Dalam keterangannya, Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Letkol Arm Reza Nur Patria menyebut anggotanya ditembak oleh Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB)
Pendeta Daniel mengatakan, operasi tersebut membuat rakyat dicurigai sehingga mereka ketakutan. Mereka pun meninggalkan kampung dan lari bersembunyi di hutan. Daniel mengatakan ada delapan gereja lokal dan satu sekolah alkitab yang kini kosong karena ditinggalkan para jemaat yang ketakutan.
Saat Pendeta Yeremia tertembak, kata Daniel, sang istri mendengar suara tembakan tersebut. Tokoh Suku Moni itu kemudian dikuburkan pada pukul 11.00 Ahad kemarin oleh sebagian kecil warga yang masih ada di desa.
"Begitu selesai penguburan mereka semua bubar dan hilang karena memang TNI ingin melanjutkan operasinya," kata Daniel.
Daniel pun meminta TNI melakukan investigasi secara transparan terkait peristiwa ini. GKII juga meminta pemerintah, baik Pemerintah Kabupaten Intan Jaya, pemerintah pusat, TNI, dan Kepolisian untuk bisa mengembalikan masyarakat Hitadipa kembali ke distrik mereka.
"Jangan sampai seperti kasus Nduga, masyarakat lari jauh sampai ke Wamena, ke Timika, susah kembali," ujar Daniel.
Selain itu, Daniel juga meminta perhatian Presiden Joko Widodo akan hal ini. Menurut Daniel, Presiden Jokowi pernah berjanji di depan para pemimpin gereja bahwa akan menghentikan kekerasan di tanah Papua dan melakukan pendekatan kultural.
Daniel juga meminta agar tak ada lagi korban dari warga sipil, terlebih pemimpin rohani yang sangat dicintai di Papua. Hari ini, Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia Pendeta Gomar Gultom juga telah menyurati Presiden Jokowi berisi permintaan serupa.
"Kami menghormati dan mengasihi Pak Jokowi, kami menghormati institusi TNI. Ini tidak ada urusan politik, ini semata-mata urusan kemanusiaan," kata Daniel.
Sebelumnya Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kapen Kogabwihan) III, Kolonel Czi IGN Suriastawa menyebut Pendeta Yeremia meninggal ditembak oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua. Suriastawa menuding KKB menyebar fitnah bahwa TNI yang melakukan penembakan.
"Mereka sedang mencari momen menarik perhatian di Sidang Umum PBB akhir bulan ini," kata Suriastawa dalam keterangan tertulis, Ahad, 20 September 2020.
Di sisi lain, Kepala Penerangan Pangdam Cenderawasih XVII Letnan Kolonel Reza Patria mengaku belum mendapat informasi detail terkait peristiwa tersebut. Reza mengakui ada dua versi informasi yang beredar ihwal pelaku penembakan. "Kami masih melakukan pendalaman," kata Reza kepada Tempo, Senin, 21 September 2020.