Sementara itu, juru bicara Baha’i di Kalimantan Barat, Hanggiri Shandy, mengatakan pada dasarnya semua agama mengajarkan cinta kasih sesama manusia. Tak banyak yang tahu ada agama Baha’i di Kalimantan Barat. Makanya, saat Sadap menggelar Temu Pemuda Lintas Iman (Tepelima), Shandy langsung menyambutnya.
Tepelima adalah kegiatan tahunan Sadap Indonesia di mana mereka mengundang anak-anak muda untuk berkumpul bersama selama tiga hari dan mengunjungi rumah-rumah ibadah.
Banyak peserta bertanya seputar bagaimana cara umat Baha’i beribadah juga tentang latar belakang ajarannya hingga sejarah kepercayaan ini. “Kami diskusi, bagaimana kami mengurus administrasi kependudukan. Bahkan bagaimana mengurus pernikahan,” ujar Shandy.
Bahai, kata Sandy, mempercayai seluruh kitab suci yang ada di muka bumi. “Makna toleransi, masih ada sekat pembeda. Namun, penerimaan tidak bersekat. Penerimaan adalah sikap tertinggi dalam berkehidupan, semua yang baik kita terima,” ujarnya.
Subandri Simbolon, peneliti dan dosen Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri Pontianak, mendapat kesan yang sama saat berinteraksi dengan peserta Tepelima. “Seorang peserta bersuku Madura, mengaku menerima banyak yang baru di kegiatan ini. Tak hanya mengubah persepsi, namun merasakan kekerabatan yang mendalam,” ujarnya.
Bandri mengatakan apabila ingin memiliki banyak pengalaman alangkah baiknya pergi bertemu banyak orang dari berbeda kalangan. Pun itu sejalan dengan konsep penerimaan yang diyakini Bandri. Mahasiswa-mahasiswanya yang berbeda agama saling membantu saat ingin beribadah.
“Kalau ibadah minggu, teman yang muslim yang antar-jemput. Kalau Sholat Jumat, temannya yang Katolik bergantian mengantar jemput. Motornya hanya ada satu,” kata dia.
Stereotip yang ada di masyarakat adalah hal turun temurun yang diwariskan dalam setiap keluarga, dalam setiap lingkungan dalam tiap generasi masyarakat. Makanya, Bandri melihat Sadap mampu membuka ruang diskusi tentang stigma di kalangan anak muda. “Mereka bisa merombak stereotype yang ada di masyarakat selama ini,” ujarnya.
Ia mengatakan, sekalipun Sadap Indonesia tidak menyasar banyak orang, namun apa yang mereka lakukan dapat menjadi bekal untuk menyebarkan pemahaman keberagaman yang ideal.
Selain Tepelima Kalbar yang menjadi acara akbar tahunan, Sadap Indonesia juga rutin menggelar diskusi-diskusi. Tidak hanya berkunjung ke rumah ibadah, berdiskusi dengan pemuka agama atau tentang keagamaan saja, tapi diskusi yang dilakukan sangat beragam.
Mulai dari bedah buku, cara menulis kreatif, peran pemuda membangun toleransi hingga mengenal komunitas lain di Pontianak atau Kalbar. Isunya memang beragam, tidak hanya tentang toleransi, tapi diskusi-diskusi ini diharapkan dapat menjadi ruang perjumpaan anak-anak muda di sana.