TEMPO.CO, Jakarta - Kekeringan melanda 15 kecamatan dari 18 kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekitar 129.788 jiwa pun terdampak musibah tersebut akibat sumber air bersih yang mulai mengering.
"Dari 15 kapanewon (kecamatan) yang terkena dampak kekeringan, 11 kapanewon sudah mengajukan permohonan distribusi air bersih," kata Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul Edy Basuki, Selasa, 1 September 2020.
Karena itu, setiap harinya BPBD Gunungkidul mendistribusikan air bersih sekitar 20 tangki. Distribusi air bersih ini berdasarkan permintaan masyarakat sehingga masyarakat yang kekurangan air segera mengajukan proposal permohonan air bersih.
Tahun ini, Pemkab Gunungkidul mengalokasikan anggaran droping air melalui BPBD sebesar Rp 700 juta. Total sudah ada sekitar 550 tangki air bersih yang disalurkan ke masyarakat.
"Penyaluran akan terus dilakukan sesuai dengan permintaan resmi dari masyarakat," kata Edy.
Musim kemarau tahun ini cenderung berbeda jika dibandingkan dengan tahun lalu. Tahun ini, kemarau cenderung basah sesuai dengan prediksi BMKG. Ada beberapa daerah masih sering terjadi hujan sehingga sumber air masih bisa dimanfaatkan dan tampungan air juga terisi.
BMKG pun menyampaikan potensi kekeringan meteorologis yang masih harus diwaspadai di beberapa wilayah yang lain di Indonesia pada September ini. Sekalipun puncak kemarau telah berlalu pada Agustus, dampak hari tanpa hujan yang cukup panjang diperkirakan masih terjadi di wilayah Jawa Timur, Madura dan sebagian Bali.