TEMPO.CO, Surakarta - Bakal calon Wali Kota Solo dari jalur perseorangan, Bagyo Wahyono mengaku tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi. Namun, dia siap bertarung gagasan dengan putra sulung Presiden Joko Widodo atau Jokowi, Gibran Rakabuming yang merupakan lulusan perguruan tinggi di luar negeri untuk membangun Solo lebih baik.
Menurut Bagyo, dia hanya berasal dari keluarga sederhana sehingga hanya memiliki ijazah setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). "Tepatnya ikut Kejar Paket C," kata pria yang berprofesi sebagai penjahit itu kepada Tempo, Senin malam 31 Agustus 2020.
Meski demikian, dia cukup percaya diri untuk ikut berlaga dalam pilkada di Kota Solo. Dia mengaku tidak gentar meski lawannya merupakan anak seorang presiden. "Lihat saja nanti saat acara debat," katanya.
Bagyo menyebut dia tidak perlu menyiapkan diri untuk menghadapi debat. Menurutnya, kehidupannya yang berasal dari kalangan bawah membuat dia sangat memahami persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat.
"Berbeda dengan calon yang muda, meski pendidikannya tinggi tapi pengalamannya masih kurang," katanya. Hal itu membuatnya siap menghadapi debat tanpa perlu persiapan. "Kalau tidak punya pengalaman memang butuh persiapan, perlu belajar dulu," katanya.
Bagyo mengaku terlahir di keluarga seniman. Ayahnya seorang penari, sempat bergabung dengan kelompok Wayang Orang Sriwedari. Sedangkan ibunya seorang sindhen. “Kami mengalami betul beratnya hidup masyarakat bawah,” katanya.
Meski berasal dari kalangan bawah, Bagyo mampu mengejutkan publik di beberapa waktu terakhir. Dia mampu memperoleh dukungan yang cukup untuk maju sebagai Calon Wali Kota Solo melalui jalur perseorangan. Tidak tanggung-tanggung, dia mengantungi 38.831 dukungan untuk maju dalam pilkada.
Padahal, persyaratan untuk maju melalui jalur perseorangan di pilkada Kota Solo cukup memiliki 35.870 dukungan. “Persyaratan ini memang cukup berat, tapi kami berhasil memperolehnya melalui kerja keras,” katanya.
Dia menyebut, lolosnya syarat dukungan di Pilkada Solo tidak lepas dari peran organisasi yang diikutinya, Tikus Pithi Hanata Baris. Dia mengklaim organisasi yang berdiri sejak 2014 itu memiliki banyak anggota dan tersebar di berbagai kota. “Mereka mendekati kerabat-kerabatnya yang tinggal di Solo untuk memberikan dukungan kepada saya,” katanya.
AHMAD RAFIQ