TEMPO.CO, Mojokerto - Nama Syamsul Hadi Anwar menjadi perbincangan setelah viral di media sosial yang memperlihatkan penggerebekan markas jaringan ISIS-Al Qaeda and Arabian Peninsula (AQAP) di Al Bayda, Republik Yaman. Dalam operasi penggerebekan tersebut ditemukan beberapa lembar uang rupiah dan sebuah KTP warga Kabupaten Mojokerto atas nama Syamsul Hadi Anwar.
Kepala Kepolisian Resor Mojokerto, Ajun Komisaris Besar Doni Alexander, mengatakan tidak ada warga bernama Syamsul Hadi Anwar yang tinggal di Jalan Basket Blok NN Nomor 16 RT 1 RW 12 Perum Japan Raya, Desa Japan Raya, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto. "Dari penelusuran kami, nama itu tidak ada. Itu sesuai dengan keterangan ketua RT setempat," kata dia seperti dikutip di Koran Tempo edisi hari ini Selasa 1 September 2020.
Dari penelusuran anggotanya di lapangan, dia melanjutkan, alamat rumah yang tertera di KTP bukan milik yang bersangkutan melainkan punya seseorang yang sejak 2010 sudah pindah ke Pulau Kalimantan. Setelah ditinggal, selama dua tahun, yakni dari 2015-2017, rumah itu sempat dikontrak Koperasi Bangun Jaya. "Setelah dikontrak dua tahun, sampai sekarang rumah itu kosong," ujarnya.
Disinggung identitas pemilik rumah yang pindah ke Kalimantan, Doni belum bisa memberikan penjelasan lebih jauh karena masih dilakukan pendalaman. Namun demikian, kata dia, dari penelusuran sementara, ada indikasi pemalsuan KTP. "Sejauh ini indikasi memang mengarah ke sana. Kami sudah konfirmasi bahwa nama itu tidak ada. Itu masih KTP lama bukan KTP elektronik," katanya.
Adapun Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme atau BNPT Komisaris Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan telah mengantongi identitas Syamsul Hadi Anwar. Ia menuturkan pria yang kartu penduduknya ditemukan di Yaman tersebut adalah tokoh senior Negara Islam Irak dan Suriah asal Pesantren Ibnu Mas'ud di Desa Sukajaya, Tamansari, Bogor.
Menurut Boy, Syamsul belum lama berada di Yaman. Sebelumnya, Syamsul tinggal di Suriah selama 4 tahun dan menjadi tokoh penting di sana. "Ketika ISIS mulai melemah di Irak dan Suriah, ada anggotanya yang pergi ke negara konflik lain untuk dijadikan medan baru bagi mereka," ucapnya.
Lebih jelasnya simak Koran Tempo edisi hari ini