TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet), Damar Juniarto, mengatakan ada ancaman digital yang terarah dan sistematis terhadap kelompok berisiko, yakni jurnalis, akademikus, dan aktivis. Berdasarkan pengaduan yang diterima pihaknya, kata dia, belakangan ini serangan digital ke kelompok berisiko semakin banyak.
"Ini kami bedakan dengan laporan lain karena serangan berbasis gender atau persekusi online terjadi dengan pola berbeda. Sementara ini, ada periode tertentu dan serangan tertuju yang ada motif politik," katanya dalam diskusi Ngobrol @Tempo: Pembungkaman Kritik di Masa Pandemi, Kamis, 27 Agustus 2020.
Serangan siber yang terarah dan sistematis, menurut Damar, bisa terlihat dari sisi waktu dan momentum politik. Ia mencontohkan enam serangan pada Agustus ini terhadap situs media massa dan peretasan akun akademikus terjadi pada mereka yang kritis terhadap kebijakan pemerintah dalam penanganan covid-19.
"Klaster ini pernah didahului klaster lain, misal di September-Oktober 2019 ada serangan pada mereka yang kritis terhadap kebijakan revisi UU KPK," ucap dia.
Klaster lainnya adalah terkait kondisi di Papua. Pada Desember 2019-Juni 2020 terjadi 15 serangan siber yang menyasar pada tokoh-tokoh yang menyuarakan isu Papua. "Siapa yang ada di balik serangan tentu saja mereka yang berposisi berseberangan, Kami belum tahu siapanya tapi paling tidak mereka sedang bahagia karena seolah tidak ada upaya atau penangkapan terhadap tindakan kriminal itu, ini yang kami khawatirkan," tuturnya.
Damar berujar serangan pada kelompok berisiko ini berbahaya bagi iklim demokrasi. Pasalnya posisi mereka adalah menyeimbangkan sistem politik Indonesia agar menjadi sehat.
"Kalau ini digembosi, ini menjadi kekhawatiran terbesar. Kalau tidak ada rasa prihatin yang sama, maka kita membiarkan hanya ada satu kekuatan yang benar dan berujung pada tendensi otoriter," ujar Damar
Menurut Damar, serangan siber ke kelompok berisiko tidak bisa disamakan dengan yang menimpa masyarakat umum. "Karena jurnalis bekerja untuk publik. Ada kepentingan publik yang diperjuangkan, jadi kalau ada serangan tentu saja bukan serangan ke individu tapi serangan untuk membungkam demokrasi," katanya.
AHMAD FAIZ