Lima tim tersebut terdiri dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Iintensif Indonesia, dan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. “Trialnya Klorokuin disetop. Tapi dari lima organisasi masih merekomendasikan,” kata Munawar Gani.
Majalah Tempo menulis Badan Kesehatan Dunia atau WHO mengumumkan penghentian uji Coba Solidaritas (Solidarity Trial) untuk hidroksiklorokuin. WHO Menilai obat itu tidak bermanfaat untuk penyembuhan pasien Covid-19. Uji klinis bersama tersebut dilakukan di lebih dari 400 rumah sakit di 35 negara. Salah satu yang mendasari keputusan WHO adalah riset OXford University yang hasilnya dipublikasikan 5 Juni.
Penelitian menunjukkan hidroksiklorokuin tak mengurangi risiko kematian. Sebanyak 26 persen pasien yang diberi obat tersebut meninggal. Sedangkan pasien yang diberi obat lain sebanyak 24 persen meninggal.
Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Siti Badriyah mengatakan dinasnya telah mendistribusikan 10 ribu butir klorokuin dari Kementerian Kesehatan sejak April. Distribusi klorokuin menurut Siti dilakukan sesuai permintaan rumah sakit rujukan. “Seiring berjalannya waktu tidak ada permintaan lagi,” ujar Siti.
Guru Besar Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Zullies Ikawati menyebutkan penggunaan klorokuin tidak efektif untuk pasien covid. Bukti klinis efektivitas klorokuin bervariasi dan belum signifikan untuk pasien covid. Studi observasi di Indonesia menunjukkan belum ada laporan resmi dan uji klinis bahwa penggunaan klorokuin mempersingkat perawatan pasien covid di rumah sakit.
Obat keras ini memiliki efek samping di antaranya gangguan irama jantung seperti pada perpanjangan interval QT (pada elektrokardiogram atau EKG) dan percepatan denyut jantung (takikardia). “Tidak direkomendasikan bagi pasien yang mengalami gangguan irama jantung,” kata Zullies
Pada penggunaan jangka lama bisa menyebabkan gangguan penglihatan. Efek samping lainnya adalah menyebabkan mual, muntah, dan diare. Menurut Zullies, sebagian rumah sakit di Indonesia sudah mulai mengurangi penggunaan obat ini.
Untuk pengobatan pasien covid meminum obat ini dua kali sehari sebanyak 500 miligram untuk jangka waktu 5-7 hari. Sebagian rumah sakit lebih memilih menggunakan obat batuk, penghilang nyeri. “Lebih baik meningkatkan sistem imun ketimbang klorokuin yang tidak terlalu efektif,” kata dia.
Zullies menemukan sejumlah pasien di RS Darurat Wisma Atlit tak banyak terbantu setelah minum klorokuin hingga 14 hari masa karantina. Bersama LIPI, Zullies meneliti uji klinis kandidat imunomodulator dari produk herbal dalam penanganan Covid-19 bersama LIPI di rumah sakit tersebut.
Data sementara menunjukkan tidak meningkatkan risiko kematian dibandingkan dengan terapi standar Covid menurut BPOM. Sejauh ini belum dilaporkan adanya kematian mendadak akibat penggunaan klorokuin atau hidroksiklorokuin di Indonesia.
Presiden Joko Widodo telah membeli Chloroquine, obat influenza yang dikembangkan Toyama Chemical Jepang. Jokowi telah mendatangkan 3 juta butir klorokuin. Padahal, WHO belum merekomendasikan obat apapun untuk mengatasi Covid-19. WHO masih berupaya mencari obat terbaik untuk menyembuhkan penderita penyakit ini.
Tapi, pemerintah Indonesia malah menggunakan Hidroklorokuin, turunan dari klorokuin (Chloroquin) untuk uji klinis tiga kombinasi obat covid melalui Universitas Airlangga. Guru Besar Farmasi UGM Zullies menyebutkan di Indonesia belum ada data tentang obat tersebut sehingga ada alasan untuk diujikan.
Hingga saat ini pedoman terapi covid masih memasukkan obat itu dan diserahkan kepada dokter. “Apakah akan menggunakannya atau tidak berdasarkan keyakinan masing-masing klinisi atau dokter,” kata Zuillies.
SHINTA MAHARANI