INFO NASIONAL - Pemerintah Indonesia menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk mendapatkan vaksin Covid-19. Prioritas dalam perburuan vaksin ini adalah agar Indonesia bisa lebuh dulu mendapatkan akses terhadap vaksin sehingga tidak tertinggal dari negara-negara lain.
“Tantangannya adalah keberanian mengambil risiko. Karena, kalau tidak, negara-negara lain tentunya akan mementingkan kepentingan mereka. Amerika Serikat misalnya, sudah memesan 700 juta vaksin,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam dialog khusus virtual yang digelar Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Tempo Media Group, Kamis, 20 Agustus 2020.
Baca Juga:
Tanpa mengharapkan bantuan dari negara lain, pemerintah secara aktif ikut serta dan berkontribusi dalam upaya menemukan vaksin. “Salah satunya kita berpartisipasi dalam clinical trial. Dengan berpartisipasi melakukan uji coba klinis, berarti kita menjadi bagian dari penemuan vaksin tersebut,” kata Airlangga dalam dialog bertema “Mengatasi Pandemi dan Mencegah Krisis Ekonomi. Upaya pemerintah lainnya untuk mendapatkan vaksin Covid-19, yakni dengan meminta kuota ke negara-negara yang berpeluang besar mampu memproduksinya.
Menurut Airlangga yang juga yang juga menjabat Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Pemerintah berharap dapat melakukan 180 juta vaksinasi dalam kurun waktu satu tahun. Bila membutuhkan dua kali suntikan, maka diperlukan 360 juta vaksin.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pada tahap pertama, Indonesia sudah mendapatkan kuota sebanyak 30 juta vaksin dari Sinovac Biotech China. Sementara BUMN Biofarma diharapkan dapat memproduksi 250 juta vaksin. Adapun dua perusahaan swasta domestik, masing-masing menyatakan bersiap memproduksi 50 juta vaksin.
Baca Juga:
Selain vaksin, Pemerintah juga mempersiapkan aksesoris seperti jarum suntik dan fasilitas kesehatan serta tenaga medis yang akan melakukan vaksinasi di seluruh wilayah Indonesia. Sepanjang sejarah, dalam satu tahun Indonesia baru berpengalaman melakukan vaksinasi sebanyak 30-40 juta. “Untuk bisa melakukan vaksinasi lebih dari 180 juta per tahun maka per hari kita harus bisa melakukan vaksinasi kurang lebih 1 juta. Tentunya hal ini membutuhkan banyak persiapan,” kata Airlangga.
Selain dengan Sinovac yang sudah memasuki tahap 3 clinical trial, inisiatif untuk mengakses vaksin juga dilakukan oleh Kalbe Farma yang bekerja sama dengan perusahaan asal Korea Selatan, Genexine Inc, yang saat ini di tahap kedua clinical trial. Akses mendapatkan vaksin juga dilakukan Koalisi untuk Kesiapsiagaan Epidemi Inovasi (CEPI) dan Vaksin Merah Putih yang dikembangkan Kementerian Riset dan Teknologi.
Menurut Airlangga, vaksin yang telah tersedia nantinya akan diprioritaskan untuk delapan daerah yang terdampak paling parah. Imunisasi akan diberikan kepada masyarakat dalam rentang usia 19 -59 tahun dan dilakukan di puskemas dan rumah sakit. “Puskesmas dan rumah sakit harus diberdayakan dan menjadi titik utama. Kita juga harus menyiapkan volunteer yang diharapkan dari sekolah-sekolah kedokteran untuk bisa membantu,” kata Airlangga.(*)