INFO NASIONAL-- Dari beberapa indikator, pergerakan positif ekonomi Indonesia di tengah pandemi COVID-19 telah terlihat. Demikian diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dalam dialog khusus virtual yang digelar Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Tempo Media Group, Kamis, 20 Agustus 2020.
“Purchasing manager index kita sudah naik ke level 46,9, dan rilis Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa perdagangan kita pada kuartal III surplus sebesar USD 3,2 miliar. Ini didorong oleh sektor industri yang besarnya sekitar 82 persen,” kata Airlangga dalam dialog dengan tema Mengatasi Pandemi dan Mencegah Krisis Ekonomi ini.
Baca Juga:
Indikator lain yang disebut Airlangga adalah indek harga saham gabungan (IHSG), harga minyak dan nilai tukar rupiah yang terpuruk pada Maret dan April, sudah mulai rebound. “IHSG sudah di atas Rp 5 ribu dan nilai rupiah sudah relative lebih stabil. Rencana pertumbuhan ekonomi (year to date-ytd) yang akan kita bahas dengan DPR prediksinya sampai akhir Desember 2020 mudah-mudahan bisa mencapai di atas nol atau diprediksi 0,25 persen,” kata Airlangga dalam diskusi yang dipandu Direktur Tempo Media Group, Tomi Aryanto.
Dengan tanda-tanda positif ini ia menilai kondisi ekonomi Indonesia lebih baik dibanding beberapa negara lain seperti Inggris yang pertumbuhan ekonominya pada tahun 2020 diprediksi -9,5 persen, Malaysia (-3,2), Thailand (-5,7), Amerika (-5,1) dan Jerman (-6,2). “Kita tidak perlu terlalu mengangkat masalah resesi dan jurang-jurang (resesi). Yang dimaksud resesi (kan) ekonomi turun dan semakin dalam,” kata Airlangga optimistis.
Seperti dilansir BPS, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II (Q2) 2020 mengalami kontraksi sebesar 5,32 persen year on year (yoy). Angka ini turun dari Q1 2020 yang mencapai 2,97 persen dan Q2 2019 yang mencapai 5,05 persen.
Airlangga menekankan bahwa langkah-langkah tepat yang telah diambil pemerintah dalam mengatasi dampak pandemi. Kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSPB) misalnya, berhasil menahan ekonomi Indonesia sehingga tidak jatuh lebih dalam karena dibukanya 11 sektor ekonomi yang menjadi penyangga.
Baca Juga:
“Pemerintah juga telah melakukan stimulasi daya beli masyarakat dengan bantuan langsung tunai (BLT). Kuncinya memang bantuan terhadap daya beli masyarakat,” kata Airlangga.
Pada tahun 2020, pemerintah menyiapkan dana untuk sektor kesehatan sebesar Rp87,5 triliun dan berlanjut pada 2021 dengan jumlah Rp25 triliun. Sementara untuk mendorong usaha kecil dan menengah pada 2020 disiapkan Rp123 triliun dan pada 2021 ditambahkan sebesar Rp48,8 tirliun.
Sedangkan untuk perlindungan sosial Rp203,9 triliun (2020) dan berlanjut sebanyak Rp 110 trilun (2021). Untuk korporasi Rp 53 tirliun (2020) dan dianggarkan Rp 14,9 tirliun (2021). Sektor kementerian dan lembaga Rp106 triliun (2020) dan naik menjadi Rp 136,7 triliun (2021). Khusus untuk insentif usaha sebesar Rp120 triliun (2020) dan ditambah Rp20 triliun (2021).
“Pemerintah melihat (penanganan) situasi pandemi ini sebagai sesuatu yang bentuknya multiyears. Tidak hanya satu tahun,” kata Airlangga. (*)